Semakin berilmu seseorang, seharusnya ia semakin tahu akan tanda-tanda Kebesaran Allah SWT, maka seharusnya pula ia semakin beriman kepada-Nya, semoga kita bagian dari orang-orang itu, Amin.

Senin, 22 September 2014

Manusia Perkasa Zaman Sekarang

dakwatuna.com – Zaman sekarang, kita sering melihat orang-orang perkasa, orang yang diberi karunia lebih terutama dalam fisik. Namun, seperti yang sering kita lihat orang-orang perkasa tersebut menggunakan fisiknya tersebut untuk mencapai tujuan yang salah. Dan kita tidak memiliki banyak orang yang mempunyai hati yang besar untuk menerima dan memperjuangkan kebenaran, dan di situlah masalahnya. Kita punya banyak orang yang berbadan besar dan gagah yang sering menggunakan kekuatannya untuk melukai orang-orang yang tak berdosa atau orang-orang yang lebih lemah daripada mereka. Tetapi apakah orang-orang perkasa tersebut mempunyai kekuatan yang besar ketika berjuang di jalan Allah?
Jawabannya, tidak. Karena mereka beranggapan itu akan melunturkan sifat kemachoan mereka jika menggunakan kekuatan fisiknya untuk berjuang di jalan Allah. Dan karena itulah, Rasulullah SAW berbicara mengenai apa yang disebut manusia perkasa. Beliau bersabda, “Manusia yang kuat adalah manusia yang mampu mengendalikan amarahnya.” Bukan seseorang yang dapat memukul badan orang lain. Dan marilah coba bandingkan manusia perkasa zaman sekarang dengan Abu Bakar Ra. Bagaimana bentuk fisiknya? Dari Aisyah Ra. Menceritakan mengenai kondisi sang Ayah, “Beliau kurus, pinggangnya kecil (sehingga kainnya selalu turun dari pinggangnya).” Subhanallah. Beliau sangat kurus sehingga matanya pun cekung, dan tulang-tulang pada jarinya terlihat menonjol karena dia memang sangat kurus. Dan manakala beliau berjalan, dia tidak melangkah dengan tegap melainkan dengan membungkuk.  Sehingga mereka berkata Abu Bakar adalah orang yang terlemah fisiknya di antara yang lain.
Tetapi ketika berbicara mengenai perintah Allah, dialah yang terkuat. Beliau adalah sahabat Rasulullah SAW ketika di gua dan Hijrah. Beliau juga yang menjawab seruan jihad harta dengan berkata, “Cukuplah Allah dan RasulNya yang aku tinggalkan untuk keluargaku!”. Dan coba apa yang kita lihat sekarang, ketika kau melihat orang-orang macho, tinggi, putih, dan sebagainya kemudian menjadikan mereka sebagai teladan, cobalah bandingkan dengan Rasulullah SAW. Lihat tujuan beliau dalam berperang, untuk apa? Bukan untuk menghajar orang-orang tersebut melainkan untuk membawa mereka lebih dekat kepada Allah SWT.
Bacalah kisah masuknya Rukana pada Islam. Ketika Rukana meminta Rasulullah bergulat dengannya, apabila dia kalah maka dia akan mengagungkan Islam. Dengan gembira, Rasulullah pun melayani permintaan Rukana. Dan Rasulullah berhasil. Bandingkan dengan kita. Kalian tahu, pada saat sekarang kita telah menetapkan konsep yang salah mengenai manusia-manusia perkasa. Hanya sebatas pada bentuk fisik saja. Orang-orang yang dijadikan teladan anak muda yang seperti artis pemakai narkoba, artis pezina dan lain-lain. Kenapa orang-orang seperti ini yang dijadikan panutan oleh pemuda kita?
Penyebabnya adalah kita telah gagal dalam memberikan alternatif panutan yang lebih baik kepada mereka. Jika saja kita menceritakan kepada anak-anak kita tentang Khalid Ibn Walid sebelum mereka tidur, ketika beranjak dewasa mereka tidak akan mencari para pengedar narkoba. Dan jika saja kita mengisahkan mengenai Abdullah Ibn Mubarak rha. Mereka tidak akan menjadikan artis boyband sebagai panutan mereka. Tapi apakah kita melakukan itu? Tidak. Sayangnya, sedari kecil kita sudah mencekoki mereka kisah-kisah fiksi Cinderella atau pahlawan super seperti Superman, Spiderman, atau Batman. Kisah-kisah khayalan inilah yang akan membentuk pribadi mereka pada saat dewasa kelak. Ironi.
Kita hidup dalam lingkungan yang rendah. Yang hanya menilai seseorang dari penampilan fisiknya. Kalaulah mau menilai dari segi fisik, coba kisah Nabi Yusuf As. Dapat dipastikan artis-artis Hollywood tidak ada apa-apanya.  Renungkan, begitu banyak kisah-kisah para sahabat yang dapat dijadikan teladan untuk membentuk generasi selanjutnya sebagai generasi yang berkarakter rabbani, yang siap memperjuangkan agama Allah. Mengapa kita tidak mengambil sikap itu? Mempersiapkan anak keturunan kita sebagai generasi terbaik. Wallahualam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar