Seorang ayah.. Ia mempunyai anak. Ayah ini betapa menyayangi anaknya. Di suatu malam, si ayah mengajak anaknya untuk pergi ke pasar malam. Mereka pulang sangat larut. Di tengah jalan, si anak melepas seat beltnya karena merasa tidak nyaman. Si ayah sudah menyuruhnya memasang kembali, namun si anak tidak menurut.
Benar saja, di salah satu tikungan, ada sebuah mobil lain melaju kencang tak terkendali. Ternyata pengemudinya mabuk. Tabrakan tak terhindarkan. Si ayah selamat, namun si anak terpental keluar. Kepalanya membentur aspal, dan menderita gegar otak yang cukup parah. Setelah berapa lama mendekam di rumah sakit, akhirnya sang anak siuman. Namun ia tidak lagi mampu untuk melihat dan mendengar. Sang anak pun buta tuli. Si ayah begitu sedih, Ia hanya bisa memeluk erat anaknya, karena ia tahu hanya sentuhan dan pelukanlah yang bisa anaknya rasakan.
Begitulah kehidupan sang ayah dan anak di hari-hari kemudian. Sang ayah senantiasa menjaga anaknya. Suatu saat si anak kepanasan dan minta es, si ayah diam saja. Sebab ia melihat anaknya sedang demam, dan es akan memperparah demam anaknya. Di suatu malam yang sangat dingin, sang anak memaksa berjalan ke tempat yang hangat, namun si ayah menarik keras sampai melukai tangan si anak, karena ternyata tempat 'hangat' tersebut adalah sebuah gedung yang terbakar hebat.
Suatu kali anaknya kesal karena ayahnya membuang liontin kesukaannya. Sang anak begitu marah, namun sang ayah hanya bisa menghela nafas. Komunikasinya terbatas. Ingin rasanya ia menjelaskan bahwa liontin yang tajam itu sudah penuh dengan karat. Namun apa daya sang anak tidak dapat mendengar, hanya dapat merasakan. Ia hanya bisa berharap anaknya sepenuhnya percaya kalau ayahnya hanya berusaha melakukan yang terbaik untuk anaknya.
Saat-saat paling bahagia si ayah adalah saat Ia mendengar anaknya mengutarakan perasaannya dan juga isi hatinya. Saat anaknya mendiamkannya, dia merasa tersiksa, namun ia senantiasa berada disamping anaknya, dan selalu setia menjaganya. Dia hanya bisa berdo'a dan berharap, kalau suatu saat Allah memberikan kesembuhan bagi sang anak yang sangat Ia cintai. Setiap hari disepertiga malam terakhir, Sang ayahpun terbangun untuk mendo'akan kesembuhan anaknya.
Tahun demi tahun pun berlalu. Di pagi yang sangat cerah, sayup-sayup bunyi kicauan burung membangunkan sang anak. Ternyata pendengarannya pulih! Anak itu berteriak bahagia, bahkan sampai mengejutkan sang ayah yang masih tertidur di sampingnya. Kemudian disusul oleh pengelihatannya. Ternyata Allah telah mengabulkan do'a sang ayah. Melihat rambut ayahnya yang telah memutih dan tangan sang ayah yang telah mengeras penuh luka, si anak memeluk erat sang ayah, sambil berkata. "Ayah, terima kasih ya, selama ini engkau telah setia menjagaku."
Teman, terkadang seperti Anak itulah tingkah kita. Terkadang kita BUTA serta TULI, tidak mau sedikit pun mendengar dan melihat sekeliling kita. Seringkali kita merasakan hal yang dirasa baik, padahal sebetulnya Allah tau bahwa itu akan mencelakakan kita. Tapi kita malah marah kepada Allah. Meminta lebih kepada Allah. Dan terkadang kitapun merasa bahwa Allah tidak mau memberikan keinginan kita. Padahal Allah Maha Tahu, bahwa apabila kita mendapatkannya, itu akan berakibat buruk kepada kita.
Namun, betapa sayangnya Allah kepada Kita. Dialah Allah yang selalu dengan Sabar Menuntun dan Menolong Kita. Bagaikan seorang ibu yang tak mau melihat anaknya bermain dijalanan, sang ibu itupun melarang sang anak dan berkata,"nak, janganlah kau bermain dijalan nak, nanti engkau tertabrak". Begitupun Allah, yang tak pernah ingin melihat kita berada pada hal yang salah, Allah-pun bagai berkata kepadamu, "Hambaku, janganlah kau melakukan itu, nanti engkau takkan kuat disiksa didalam neraka".
Tapi terkadang, kita selalu melanggar larangan Allah. Padahal betapa cintanya Allah kepada kita.. Renungkan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar