Semakin berilmu seseorang, seharusnya ia semakin tahu akan tanda-tanda Kebesaran Allah SWT, maka seharusnya pula ia semakin beriman kepada-Nya, semoga kita bagian dari orang-orang itu, Amin.

Sabtu, 28 Januari 2012

Garam dan telaga


Suatu ketika, hiduplah seorang orang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang masam. Tamu itu tampak seperti orang yang tidak bahagia.
                Tanpa membuang waktu, anak muda itu menceritakan semua masalahnya. Orang tua bijak itu mendengarkan dengan seksama ia lalu mengambil segenggam garam dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Di taburkannya garam itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan . “coba minum ini, dan bagaimana rasanya”, ujar orang tua itu. “Pahit. Pahit sekali”. Sambil meludah ke samping. Pak tua itu terseyum, lalu ia mengajak tamunya ini berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.
                Orang tua itu lalu kembali menaburkan segenggam garam ke telaga itu. Dengan sepotong kayu, di aduknya permukaan air  hingga tercipta gelombang riak air yang mengusik ketenangan telaga itu. “Coba ambil air dari telaga ini, dan minumlah!” Saat pemuda itu selesai meneguk air itu orang tua itu kembali bertanya, “Bagaimana rasanya”?  “Segar” sahut pemuda itu. “Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?” tanya orang tua itu  lagi. “Tidak” jawab si anak muda.
                Dengan bijak, orang tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. “Anak muda dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.”
                “Tapi pahit yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan di dasarkan dari perasaan, tempat kita meletakan segalanya. Itu semua tergantung pada hati kita . jadi, saat kamu merasakan pahit dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan.Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”
                Orang tua itu melanjutkan nasihatnya, “Hatimu adalah wadah itu. Perasaan adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu utu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu untuk mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan..” Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar pada hari itu. Dan orang tua bijak itu kembali menyimpan “segenggam garam”. Untuk anak muda lain yang sering datang padanya membawa kesalahan jiwa
                Jadi Pada intinya sobat kita harus senantiasa meluaskan qolbu kita agar setiap masalah-masalah yang kita hadapi dalam hidup kita tidak membuat kita putus asa, down, atau bahkan depresi tetapi setiap masalah tersebut di jadikan pembelajaran bagi kita agar kita menjadi semakin kuat dan semakin dewasa so…bagaimana dengan kolbu kita sekarang?? Seperti biasa sobat kalau kamu menyukai artikel ini sebelum meninggalkan blog ini sebagai kenang-kenagan agar mengklik iklan sponsor blog ini yang ada di  bagian kanan dan akhir blog ini,Anda mengklik satu iklan sponsor kami itu merupakan emas bagi kemajuan blog kami dan terakhir JANGAN LUPA TAMPUNG PERMASALAHAN ANDA DALAM TELAGA BUKAN DALAM GELAS…..
Sumber: Berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar