Sebelum menyelami lautan
metamorfosis ini, mari sama-sama kita leburkan sifat takabur yang ada dalam
diri kita. Semoga, nuansa kedamaian senantiasa bersenandung bersama, lahirnya
sifat tawadhu yang selalu menganganggap diri ini “perlu kesempurnaan” tanpa
terasa telah “Sempurna”. Harus saya ulangi kalimat yang sama setiap orang pasti
memiliki rasa cinta. Maka siapapun akan
bahagia bila ia mendapati apa yang dicintai, dan mencintai apa yang di
dapati, betul kan? Beranjak dari situ timbulah sebuah kejadian, tidak
mendapatkan yang kita cintai bagaimana itu?
Beberapa
jawaban sudah kita kaji bersama-sama. Kita tentu memahami, sebuah realita bahwa
cinta yang tidak bisa kita kunjungi akan melahirkan kenelangsaan. Maka “menahan
diri” untuk melayangkan kata-kata cinta padanya adalah suatu kekuatan
dahsyat..Disadari atau tidak, proses berkepanjangan itu membuat anda lebih
dewasa, lebih matang, lebih kuat, lebih jantan, lebih bermutu, memesona, dan
tangguh. Andalah pejantan tangguh. Hingga saat –Mungkin- dia memiliki rasa yang
sama, dia akan semakin kaget dan terheran karena pesonamu yang memikat. Pesona
kesalehan. Pesona jiwa. Pesona inner beauty yang amat indah di saksikan.
Dahulu,
miungkin anda dan dia sama- sama menjauhi diri, demi menjaga kesucian diri.
Diri semakin menjauh itu malah membuat kesucian mendekat. Tibalah saat
pendamping hidup yang saleh, telah lama dinanti dan dilupakan, benar-benar
hadir di depan mata. Sang belahan jiwa, teryata dia yang dahulu kita pernah
lupakan. Ini adalah sekenario Allah yang sangat luar biasa sahabatku...ah
keindahan memang tidak melulu Allah tampakan di pagi hari. Siapa yang tahu
rencana Allah? Kupu-kupu yang indah dan menawan, bukanlah ia berawal dari ulat yang
menjijikan? Andalah pejantan tangguh. Saat benang cinta yang kusut belum mampu
di urai, ada perasaan dalam hati ia bersenandung.
Biarlah,
ia adalah gadis impian yang diidamkan semua orang. Aku, aku...hanya seekor ulat
yang menjijikan. Tiada satu pun mata meliriku. Dia dan aku? Ah...terlalu jauh
aku berkhayal. Insan sesempurna dia, mana mungkin mau bersanding di hadapanku!
Terlalu jauh aku berkhayal untuknya. Aku bukan siapa-siapa dia. Aku bukan milik
dia. Aku hanya lalat yang menempel di tong sampah. Tidak akan bisa memasuki
istana cinta.
Namun
aku punya hati. Kini saatnya aku bangkit dari kemilau yang menipu. Masih banyak
karya-karya yang harus aku ukir menjadi prestasi. Semua orang masih menghinaku.
Tetapi nanti akan ku tunjukan kepada dunia melalui karya-karyaku. Biarlah ia
menjadi prestasi. Lalu aku berkata “Inilah aku...! inilah aku....! Insan yang
dahulu kau anggap ulat menjijikan inilah aku....!
Ah
cinta itu memahami, bukan mengekploitasi. Setelah cukup lama kita menahan
syahwat, kini tiba kita menjemput panggilan cinta itu. Dahulu, anda adalah ulat
yang menjijikan. Namun kini, Anda telah bermetamorfosis menjadi sosok kupu-kupu
yang indah. Menari di taman cinta. Berlambai pada anak-anak yang main
kejar-kejaran di rerindang taman. Ya kita memahami. Tetap ada yang mengatakan
bahwa perempuan itu harus menunggu. Laki- lakilah yang mendatangi. Namun bagi
anda yang perempuan, tidaklah mencontoh
kepada khadijah r.a yang cerdik? Bagaimana ia mencari strategi yang indah dan
mulia dan rosulullah pun jadi suami tercinta. Atau bagi anda yang lelaki
bercontohlah kepada sahabat ali yang mampu menghancurkan belenggu setan yang
hendak memperdaya, berpuasa syahwat.
Sumber: Fikri Habibullah Muharram
Tidak ada komentar:
Posting Komentar