islami tapi tapi sebenarnya mengaduk-ngaduk mana yang hak dan mana yang bathil. No
offense dan saya tak bermaksud memusuhi, tapi sepertinya istilah pacaran Islami
dijadikan label bagi siapa ikhwan akhwat yang saling memiliki ketertarikan khusus dan
mereka menginginkan hubungan mereka lebih dekat. Mereka mengaku tahu agama tapi
menafsirkan dalil-dalil Quran dan Hadits sesuai hawa nafsu sendiri. Berbagai label
muncul demi menghalalkan esensi dari pacaran, mulai dari “pacaran islami”, “hubungan
tanpa status”, hingga label “kakak adik”. Naudzubillah min dzalik!
Pertama, orang yang mengaku pacaran Islami akan berkata kalau: Pacaran adalah
“Persiapan Menikah” Benarkah?
Jika pacaran adalah “Persiapan Menikah” berarti seharusnya bukan istilah “Pacaran
Islami” yang diusung, tapi “Pernikahan Dini” Hehehe.. karena kenyataannya anak SD,
SMP, SMA pun pacaran menjamur. Apakah mereka akan segera menikah sementara mereka
lulus kuliah pun masih lama?? Mungkin mereka baru akan menikah 10 hingga 20 tahun
kedepan. :P
Kedua, jika pacaran adalah “Persiapan Menikah” tanyakan pada mereka kapan mereka
akan menikah? Biasanya mereka akan berkata setelah mengenal satu sama lain. Dan
pacaran Islami adalah ajang perkenalan. Benarkah?
Maaf.. ehem2. Lihat realitanya, dalam pacaran orang seringkali menutupi kekurangannya
dan berusaha menampilkan yang baik-baiknya saja. Jadi sulit dikatakan penjajagan.
Pacaran lebih banyak yang dibuat-buat.
Ketiga, jika pacaran adalah “Persiapan Menikah”, tanyakan pada mereka apakah karena
mereka yakin bahwa pacar itu adalah jodoh mereka? Benar-benar yakin?
Mereka mungkin menjawab kalau mereka tidak yakin (jujur nih). Faktanya dari survey
UKDating, hanya 1 dari 25 wanita yang menikah dengan pacarnya (Artinya 96% Pacaran
akan putus!). Jika mereka tidak yakin, lalu apa yang sedang mereka persiapkan?
"Cinta"? Hmm... harus jujur yaaa.... apakah dengan persiapan menikah ini tanda mereka
sudah mampu berkeluarga? Sudah bisakah membiayai anak sakit dan sekolah? Membiayai
hidup keluarga tanpa bantuan orang tua? Apakah semua kebutuhan hidup itu terpenuhi
hanya dengan modal "cinta"?
Mungkin sebagian berkata mereka sudah mampu, good, lalu segera menikah bukankah lebih
baik? Lihat realitasnya, anak SD, SMP, SMA dan bangku kuliah pacaran Islami menjamur.
Apakah ini persiapan menikah, bagaimana mau membiayai anak sementara membiayai diri
sendiri belum mampu?
Jika mereka menjawab kalau mereka yakin, benar-benar yakin bahwa pacarnya itu adalah
jodohnya, tanyakan pada mereka, apakah mereka sudah melihat takdirnya ke lauh
mahfudz?
Keempat, pelaku pacaran islami akan berkata kalau pacaran lebih baik dari ta’aruf.
Dengan 1001 alasan mereka berkata bahwa kita tidak dapat mengenal pasangan baik
buruknya lewat ta’aruf. Benarkah?
Inilah yang paling saya tidak suka, saat dibutakan maksiat maka nafsunya
mengakalinya. Jika begini tanyakan padanya apakah dia benar-benar tahu apa itu
ta’aruf? Bagaimana prosesnya? Bagaimana bentuknya? Tata krama? Siapa saja yang
terlibat? Apa data otentik bahwa orang yang menikah dengan pacaran lebih baik
daripada tanpa pacaran lebih dahulu? Saya jamin 99,999% mereka akan dibingungkan
dengan diri mereka sendiri atau mereka tak menjawab.
Kelima, jika pacaran adalah “Persiapan Menikah” tanyakan pada mereka apakah agar
pernikahan itu akan langgeng dan harmonis?
Mereka mungkin akan menjawab, pacaran itu ibarat menanam benih-benih cinta dan
menikah tinggal memetik buahnya. Ya, mereka akan berkata biar pernikahannya langgeng.
Tapi mengapa pada realitany 95% kasus perceraian yang terjadi, pelaku perceraian
pacaran dulu sebelum nikah. 95% perceraian dan sebelumnya pacaran!
Bukankah pacaran lebih mirip habis manis sepah dibuang? Mirip permen karet bekas?
Yang manisnya berangsur-angsur hilang saat pacaran dan pas nikah tinggal bekasnya?
Keenam, jika mereka menjawab: Tidak seperti itu! Tidak seperti habis manis sepah
dibuang tapi semakin dimakan semakin manis!
Hiii... serem juga yang kayak gini. Mereka berkata semakin lama semakin manis
menandakan semakin diminum semakin haus. SMSan tak cukup... teleponan. Beranjak
ketemuan, berduaan, berpegangan tangan, tak puas, lalu... cium kening, cipika cipiki,
cium bibir, di kamar berduaan dan naudzu billah min dzalik! Kan semakin lama...
semakin manis??
Mereka berkata tidak seperti itu... Cuma ketemuan tapi bisa jaga diri koq. Ehem..
Tapi semua orang yang berzina pun pada awalnya berkata “Cuma...” “Cuma sms-an” “Cuma
ketemuan” “Cuma pegangan tangan” “Cuma pelukan” Mana ada mesra-mesra kalau gak
ujung-ujungnya zina juga (zina mata, zina hati, zina pendengaran, dll)
Semakin dimakan semakin manis, apakah akan dimakan sampai habis?? Makanya banyak
peristiwa diputusin pacar yang beragam responnya mulai dari gaya film Korea hingga
film Psikopat. Dan yang paling murahan adalah gaya teror perasaan : bunuh diri.
Kenapa? Karena gak siap kenikmatan mereka dihentikan.
Ketujuh, jika mereka menjawab: Tidak seperti itu! Yang kami lakukan adalah pacaran
Islami dan tidak ada dalil qath’i yang melarang pacaran. Yang ada adalah mendekati
zina. Kami tidak akan melakukan hal-hal yang mendekati zina!
Memang betul kaidah ushul fiqh: asal muamalah adalah boleh sampai datangnya dalil
yang mengatakan keharamannya. Tapi sangat lucu kalau mereka berkata tak ada dalil
yang melarang pacaran. Ya jelas tak ada. Lha wong istilah itu baru-baru muncul. Sama
seperti hukum rokok yang tidak ada dalil qoth’i yang melarang tapi ulama melarangnya
karena merusak tubuh, mubadzir, dan lebih banyak mudhorotnya.
Memang tak ada dalil qoth’i, tapi banyak dalil lain yang mengarah pada esensi pacaran
itu sendiri:
- Perntah Allah menundukkan pandangan kepada lawan jenis (Ghadul Bashor)
- Perintah Rasul untuk menghindari berdua-duann dengan lawan jenis karena
yang ketiganya adalah setan.
- Perintah Rasul lebih baik ditusuk jarum besi daripada memegang yang bukan
mahram
- Perintah tentang menjauhi zina sementara zina itu ada berbagai macam :Zina
mata, zina hati, zina telinga, zina tangan, dll. Baca dalil-dalil haramnya pacaran
lebih banyak lagi disini Dalam Islam Pacaran Itu Haram
Walaupun dibumbui Islami (Tidak sampai berpegangan dan berciuman), tapi pasti ada
interaksi intens berdua, saling memandang, curhat, dll. Jadi jangan mengutak-atik
dalil sesuai dengan keinginan hawa nafsu sendiri tapi berdasarkan para ulama dan
salafus shalih karena mereka adalah pewaris nabi.
Oke, jika mereka berkata tidak zina mata, zina hati, mulut, mata, pendengaran,
tangan, dll. Tidak saling merindukan, berangan-angan, apalagi berpegangan. Tidak
mengarah pada perzinaan. Kalau begitu disempurnakan tidak pacaran bukankah lebih oke?
Islam itu harus kaffah, mengamalkan setiap syariatnya itu jangan setengah-setengah,
kalau enggak entar masuk surganya setengah-setengah. Hehehe :P
Kedelapan, tanyakan pada pelaku pacaran Islami, bukankah mereka punya akal untuk
membedakan mana pasangan yang baik dan mana yang buruk? Mereka akan berkata, tentu
saja mereka punya akal untuk membedakan.
Kalau gitu katakan pada mereka, pada kenyataannya orang-orang yang benar-benar paham
agama dan mengamalkannya tidaklah berpacaran. Bukankah begitu? Apakah Rasul dan bunda
Khadijah pacaran dulu? Tidak! Rasul ta’aruf. Apakah Fathimah dan Ali pacaran dahulu?
Tidak! Walaupun mereka sebelum menikah saling menyukai tapi mereka baru tahu hal itu
setelah menikah! Mereka tidak pacaran.
Jadi mereka punya akal kan? Bahwa mereka tidak bisa menemukan suami atau istri yang
baik dan paham agama lewat pacaran.
Kesembilan, katakan pada pelaku pacaran Islami terlalu takut gak dapat jodoh (takut
gak laku), pelaku pacaran islami mungkin berkata tidak demikian. Benarkah?
Mereka akan berkata bahwa mereka bisa mencari pacar lain dan bukan karena mereka
takut gak laku. Kalau gitu, katakan saja pada mereka kalau Allah sudah menetapkan
jodoh setiap hamba-Nya. Namanya sudah tertulis bahkan sebelum menarik napas pertama,
dan jodoh itu sekufu. Dalam surat An-Nisa, laki-laki baik untuk perempuan baik-baik
dan laki-laki yang keji untuk wanita yang keji pula.
Jadi kalau mau cari jodoh yang baik, yang terpenting membenahi diri dulu untuk
menjadi lebih baik. Pacaran hanyalah membuang-buang waktu produktif. Akhirnya...
jawaban yang paling jujur adalah pacaran memang buat have fun aja.
Kesepuluh, mereka mungkin berkata: Tidak! Tidak seperti itu. Walau berpacaran kami
tetap saling mengingatkan satu sama lain untuk tidak lupa sholat dan belajar.
Ya, inilah salah satu alasan utama pacaran islami: Dakwah. Perlu ditekankan: Tidak
ada dakwah antara ikhwan akhwat bukan mahram. Bagaimana mau mendakwahi orang lain
sementara mendakwahi diri sendiri belum mampu untuk menjaga hijab??
Justru alasan berdakwah ini adalah salah satu jalan kemaksiatan yang lebih berbahaya
daripada orang-orang fasik yang secara terang-terangan. Kenapa? Karena mereka tahu
perbuatan mereka itu salah dan itu merupakan langkah awal untuk memperbaiki diri.
Sementara alasan berdakwah tidaklah demikian karena mereka berpikir bahwa kemaksiatan
itu adalah ibadah.
Tidak ada daging babi halal hanya karena baca bismillah. Begitu pula tidak ada
istilah pacaran islami. Jika ada pacaran islami, suatu saat nanti akan ada istilah
judi islami, khamr islami, riba islami, mencuri islami, konser musik islami, dll
beralaskan untuk kegiatan yang islami. Naudzubillah. Awalnya saja sudah tidak berkah
bagaimana akhirnya?
Ibarat air susu dicampur air comberan. Walaupun susu, tapi karena dicampur air
comberan tetap saja tidak ada yang mau minum kan? Begitupula, jangan mencampurbaurkan
antara haq dan bathil. Yang baik dan yang buruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar