dakwatuna.com - “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhan-mu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima tobat.“ (Al Nashr: 1-3)
Manusia tidaklah luput dari yang namanya kesalahan, sekelas nabi pun pernah mengalami kesalahan-kesalahan dalam hidupnya. Namun orang-orang besar tadi punya cara lain dalam merenungi kesalahannya dan yang lebih tajam lagi dan kemudian menyejarah adalah mengenai ketulusan mengakui kesalahannya itu. Di sinilah yang kemudian menjadi terus melegenda yakni ketulusan mengakui bahwa manusia itu memiliki keterbatasan dan hanya kepada Allah-lah tempat di mana bisa melepaskan segala kemelut dalam hidup.
Dosa, sekali lagi selalu membawa perubahan besar dalam menghancurkan kehidupan seseorang. Yang berbahaya kemudian ketika dosa itu tidaklah disadari oleh sang pendosanya, sehingga ia terjatuh dan terus terjatuh bahkan semakin dalam lagi hingga hari-hari yang dilaluinya itu adalah melakukan dosa dan dosa saja.
Ada kisah yang menarik dari seorang lelaki yang bertaubat, ketika itu sezaman dengan Nabi Musa as. Seorang pemuda tadi setiap hari melakukan dosa, bahkan semua dosa ia lakukan dari mulai yang terkecil hingga dosa-dosa besar. Namun dalam hati yang terkecilnya, dalam nurani hatinya muncul keinginan untuk bertaubat dan tidak mengulangi lagi. Ia sudah lelah, sudah capek dengan kehidupannya yang begitu pekat karena dosa yang terus dilakukannya. Hingga suatu hari ia bertekad untuk bertaubat kepada Allah SWT, kemudian hari-hari yang dilewatinya Alhamdulillah selalu ia isi dengan mendekatkan diri kepada Allah dan tak lupa ia panjatkan doa ampunilah aku Ya Allah. Terus… terus dan terus menerus memanjatkan doa ampunilah aku, karena yang teringat dalam memorinya adalah bertaubat.
Suatu ketika, lelaki itu bertemu dengan Nabi Musa AS. Bertemu di tengah cuaca panas yang terik, lelaki itu berjalan bersama manusia agung yakni nabi Allah Musa AS. Dalam perjalanan itu kemudian Nabi Musa AS berbicara kepada lelaki itu, marilah berdoa kepada Allah agar Allah memberi keteduhan dalam perjalanan yang panas terik ini. Kemudian Nabi Musa AS meminta lelaki itu untuk berdoa, namun lelaki itu yang merasa bukanlah siapa-siapa mengatakan biarlah Nabi Musa saja yang berdoa. Kemudian Nabi Musa AS berdoa kepada Allah, hingga muncullah awan yang menaungi di atas mereka. Awan itu terus menaungi mereka berdua hingga akhirnya kesempatan mereka berpisah. Ada yang menarik kemudian terjadi, saat terpisah itu ternyata awan itu mengiringi lelaki yang selalu berdoa Ya Allah ampunilah aku.
Di sinilah kemudian kita bisa dapati hikmah yang besar bahwa beristighfar itu begitu amat berharga sekali meski terkesan sederhana dan simpel namun begitu luar biasa efeknya bagi kehidupan. Dan jika kita melihat surat Al Nasr kita juga bisa dapati kisahnya bahwa Allah Swt menyuruh kita untuk tetap beristighfar meski kemenangan itu sudah terlihat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar