Mujahadah, Wirid
Harian
Seorang muslim pasti membutuhkan
makanan ruhani setiap harinya. Makanan ruhani ini terpenuhi dengan melaksanakan
shalat fardhu, mengerjakan kewajiban-kewajiban rutin, dan merutinkan
ibadah-ibadah sunah yang disesuaikan dengan batas kemampuan masing-masing,
hingga dengannya seorang muslim selalu meningkat ruhiyahnya.
Wirid
harian harus dikerjakan rutin oleh seorang muslim, seyogianya dibuat batasan
minimalnya, untuk kemdian ia laksanakan dengan penuh tanggung jawab. Kemudian,
apabila ia telah menemukan waktu luang atau hatinya merasa nyaman dengan wirid
itu, maka ia boleh menambahnya. Apabila ia merasakan dirinya dirasuki rasa
malas atu jenuh, maka ia harus segera menyikapi hal ini dengan strategi yang
bijak dan bisa diterima oleh hati. Jika hawa nafsu telah melanda jiwanya,
hingga ia merasa malas mengerjakan wirid harian karena beberapa sebab, maka ia
bisa menggantnya dengan wirid yang lain. Jika ia tidak bisa menggantinya, maka
ia harus mengulanginya dari awal, yakni mulai dari detik pertama sejak hatinya
goyah, lalu ia kembali mengulangi wirid-wirid harian itu sampai seperti sedia
kala.
Nash-nash
hadist yang menjelaskan wirid harian cukup banyak, diantaranya sebagai berikut:
1. Syaqiq
berkata, “Abfullah bin Mas’ud menderita
sakit, lalu kami menjenguknya. Saat itu ia menangis dan mencela diri. Ia
berkata “Aku menangis bukan karena penyakit, Aku menangis karena mendengar
Rosullulah Saw bersabda: Sakit itu
penebus dosa.” Aku menangis karena penyakit menimpaku saat kondisi ruhiyahku
sedang tidak stabil. Ia tidak menimpaku saat kondisi ruhiyahku sedang beribadah
dengan sungguh-sungguh. Karena bila seorang hamba sakit, maka ditulislah
untuknya pahala-pahala yang biasa dituliskan untuknya sebelum ia sakit, lalu
sakit inilah yang menjadi penghalangnya.”
Dari keterangan di
atas, kita bisa menemukan bahwa seorang muslim yang penuh pengamalan,
memiliki wirid khusus yang dilakukan
setiap hari. Oleh karena itu, kita mendapati Abdullah bin Mas’ud menangis
karena penyakit itu datang datang pada saat ia tidak berada dalam kondisi
puncak dalam mengerjakan amal ibadah harian.
2.
Hadist sahih dari Aisyah R.a bahwa ia telah
meriwayatkan dari Rasulullah Saw sebuah hadist yang berbunyi : “Ambilah dari amal-amal ibadah apa yang
menjadi kesanggupanmu. Karena Allah tidak akan jemu sampai kalian jemu.
Sungguh, amal yang paling Allah cintai adalah amal yang dikerjakan terus
menerus meskipun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadist ini menunjukan adanya amal-amal
tertentu yang dikerjakan secara rutin dalam kehidupan keluarga Rasullah Saw.
Perkataan “ambilah dari amal-amal ibadah apa yang menjadi kesanggupanmu,”
menunjukan bahwa seorang muslim harus merutinkan dirinya untuk mengerjakan
amaliah keseharian dalam batas kesanggupannya.
3. Rasullah Saw bersabda :”Sungguh telah diliputi penutup dalam hatiku, sampai aku beristigfar
dalam satu harinya seratus kali.”(HR Muslim)
4. R
asullah Saw selalu mengerjakan qiyamullail dan amaliah-amaliah tertentu. Hal
ini menunjukan bahwa Nabi Saw memiliki wirid harian. Sedangkan Nabi adalah suri
tauladan setiap muslim. Dengan demikian, wirid harian dalam kehidupan muslim
adalah bekal hariannya yang tidak boleh dilalaikan.
Masuk dalam kategori ini adalah mengatur
waktu untuk tertibnya urusan shalat, baik yang fardu ataupun yang
sunnah-terlebih khusus lagi qiyamullail dan shalat sunnah dhuha. Karena banyak
manusia yang melalaikan keduanya. Masuk dalam kategori ini , membaca
wirid-wirid shalat dan membaca Al-Quran. Batasan yang paling ideal dalam
membaca Al-Quran adalah 1 juz setiap hari. Karena Rasullah Saw bersabda dalam
sebuah hadist shahih yang bersumber dari ibnu ‘Amr bin ‘Ash:”Khatamkanlah bacaan Al-Qur’an dalam setiap bulan.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Nasa’i)
Masuk dalam kategori wirid harian adalah
bacaan istigfar, shalawat kepada Rasullulah Saw, tahlil dan tasbih. Masuk pula
dalam kategori ini adalah memperhatikan hari khusus dimana kita disunahkan
untuk mengerjakan sebuah amaliah tertentu, misalnya membaca shalawat kepada
Rosullah Saw dan surah Aal-Kahfi pada hari jumat dan malamnya. Masuk pula dalam
kategori ini adalah memperhatikan wirid-wirid dan zikir-zikir yang berkaitan
erat dengan sebuah momen tertentu. Masuk pula dalam kategori ini adalah
memerhatikan hari-hari tertentu di mana kita disunnahkan untuk berpuasa. Dan
terakhir, masuk pula dalam kategori ini adalah ilmu, karena seluruh amal
membutuhkan ilmu.
Penulis menganjurkan bentuk-bentuk wirid
harian, yang bisa diamalkan setiap hari oleh seorang muslim sebagai berikut:
1. Melaksanakan
shalat secara berjamaah, mengerjakan shalat sunnah rawatib berikut zikirnya,
melakukan qiyamullail dan shalat sunnah dhuha.
2. Istigfar,
minimal 100 kali dalam sehari.
3. Membaca
“la ilaha illallah wahdahu la syarika
lah lahul mulk walahul hamd wa huda ala kulli syai’in qadir” minimal 100 kali
dalam sehari.
4. Membaca
shalawat kepada Nabi Saw, minimal 100 kali dalam sehari.
5. Membaca
surah Al-Iklas, 3 kali sehari
6. Membaca
1 juz Al-Qur’an dalam sehari
7. Membaca
zikir pada waktu-waktu dan momen-momen tertentu, seperti membaca zikir pada
waktu makan, tidur, masuk rumah dan keluar rumah.
8. Setelah
itu memperbanyak zikir yang disnahkan bagi kita untuk membacanya secara mutlak
(tidak dibatasi oleh bilangan tertentu), seperti bacaan istigfar, shalawat
kepada Rasulullah Saw, tahlil, hauqalah (la haula wala quwwata ila billah),
tasbih (Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah), atau bacaan-bacaan sunnah
lainnya.
Dibawah ini
adalah sebagian nash-nash syar’I yang memperkuat penjelasan di atas.
1. Diriwayatkan
dari Aghar Muzayyanah bahwa ia mendengar Rasulullah Saw bersabda :”Sungguh, diliputi penutup dalam hatiku
sampai aku beristigfar dalam sehari sebanyak seratus kali.” Di dalam suatu
riwayat disebutkan: “Bertobatlah kepada Tuhan kalian. Karena demi Allah! Aku
sendiri bertobat kepada Tuhanku sebanyak seratus kali dalam sehari.” (HR. Muslim)
2. Diriwayatkan
dari Abu Hurairah Bahwa ia mendengar langsung Rasulullah Saw bersabda : Barang siapa yang membaca “La ilaha illallah
wahdahu la syarika lah lahul mulk walahul hamd wa huda ‘ala kulli saya’in
qadir” sebanyak seratus kali niscaya ia memperoleh pahala yang sebanding dengan
membebaskan sepuluh hamba sahaya, akan ditulis baginya seratus kebaikan, akan
dihapus darinya seratus kejahatan dan ia akan memiliki penjagaan dari setan
pada hari itu sampai petang dan tidak ada
yang lebih utama dari amal yang ia bawa melainkan laki-laki yang amalnya
lebih banyak daripada dirinya. Dan barang siapa yang membaca “Subhanallah wabi
hamdih” dalam satu hari sebanyak seratus kali, niscaya akan di hapus darinya
kesalahan-kesalahan, meskipun kesalahan itu setara buih di lautan” (HR. Bukhari, Muslim, Malik dan Tarmizi)
3.
Nasa’i
meriwayatkan dari Abu thalhah bahwa Nabi Saw suatu hari datang dengan wajah
penuh kegembiraan. Kami berkata”Sungguh, kami melihat kegembiraan di wajahmu.”
Beliau bersabda :”Sesungguhnya Tuhanmu
berfirman: Apakah engkau merasa ridha (dengan kabar gembira yang isinya) bahwa
tidak ada seorangpun yang bershalawat kepadamu melainkan Aku a kan membei kasih
sayang kepadanya sepuluh kali, tidak ada seorangpun yang bershalawat kepadamu
melainkan Aku akan memberi kasih sayang kepadanya sepuluh kali. Tidak ada
seorangpun yang mengucapkan salam kepadamu, melainkan Aku akan
menyellamatkannya sepuluh kali.” (HR. Ahmad, Hakim. Hadist ini dinyatakan
shahih oleh Hakim)
4.
Thabrani
di dalam kitab al-Mu’jam ash-Shagr meriwayatkan dari Anas bahwa Rasullullah Saw
bersabda: “Basrang siapa yang membaca
shalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan memberi kasih sayang kepadanya
sepuluh kali. Barang siapa yang membaca shalawat kepadaku sepuluh kali, maka
Allah akan memberi kasih sayang kepadanya seratus kali. Dan barang siapa yang
membaca shalawat kepadaku seratus kali, niscaya Allah akan tulis di antara
kedua matanya bahwa ia terbebas dari kemunafikan dan api neraka dan Allah akan
memberikan tempat tinggal pada hari kiamat nanti bersama para syuhada.”
5.
Abu
daud meriwayatkan dari ibnu Abbas bahwa Rasulullah Saw bersabda:”Barang siapa yang selalu beristigfar,
niscaya akan Allah jadikan untuknya jalan keluar dari segala kesempitan dan
pelipur lara dari segala kesedihan dan Dia akan memberinya rizki dari arah yang
ia tidak duga (HR. Ahmad dan Ibnu
Majah)
6.
Thabrani
dalam kitab al_Mu’jam al-Kabir meriwayatkan dari Muhammad bin Yahya bin Hyyan
dari ayahnya dari kakeknya ia berkata: Seorang laki-laki berkata “Wahai Rasulullah! Bolehkan aku jadika
sepertiga shalawatku untukmu?” beliau menjawab: “Silakan jika kamu mau!”
Laki-laki itu bertanya lagi. “Bagaimana jika dua pertiganya?” Beliau menjawab:
“Silakan!” Laki-laki itu kembali bertanya “Bagaimana jika semua shalawatku
untukmu?” Beliau menjawab “jika itu kamu lakukan, niscaya Allah akan
mencukupkan apa yang kamu cita-citakan dari urusan duniamu dan akhiratmu:.”
Terakhir, penulis ingin mengatakan bahwa seorang muslim harus
memiliki agenda untuk meningkatkan ruhiyahnya, baik itu program harian,
mingguan, bulanan, tahunan dan program seumur hidupnya. Hal itu dilakukan agar
ia tidak lupa terhadap kewajibannya, untuk memenuhi hidupnya dengan kebaikan,
dan agar senantiasa berada dalam kondisi ruhiyah yang tinggi. Dari
pelatihan-pelatihan ruhiyah program harian, mengerjakan amalan-amalan sunah
atau fardu yang diwajibkan seminggu sekali seperti kewajiban melaksanakan
shalat jumat, menjalankan ibadah yang di isyaratkan sebulan sekali seperti
puasa sunnah di tengah bulan, mengerjakan kefarduan yang di syariatkan setahun
sekali seperti puasa ramadhan, atau yang difardukan seumur hidup seperti ibadah
haji, dan menunaikan kewajiban prioritas, kewajiban primer, kewajiban
kondisional seperti mengerjakan shalatjenazah, menjenguk orang sakit, memberi
makan orang lapar, berbuat baik kepada tetangga, berbakti kepada orang tua,
menyambung kekeluargaan, berjihad yang hukumnya fardu, atau mengerjakan
ibadah-ibadah sunnah. Dengan semua amal ibadah maka sempurnalah seorang muslim,
dan ia akan bertemu Allah dengan memperoleh keridhaan dari-Nya. sebagai tambahan ada baiknya silahkan simak tentang bahwa kita semua membutuhkan petunjuk Allah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar