Dahulu, ada seorang yang sangat luar biasa kuat hafalannya. Dia hafal kitab al Furu’ karya Ibnu Muflih sebanyak tiga jilid tebal berisi masalah-masalah fiqih berikut perincian perbedaan ulama tentangnya. Dia hafal kitab tersebut seperti hafal surat Al Fatihah.
Anehnya, meski dia hafal, dia tidak faham dengan apa yang dia hafal dan dia baca. Oleh karena itu, dia digelari “Keledai Kitab Al Furu’” karena keledai membawa kitab di atasnya tetapi tidak faham isinya.
(Syarh Hilyah Thalibil ‘Ilmi, asy Syaikh Muhammad ibn al Utsaimin hal.163-164)
Kisah ini menunjukkan agar kita dalam menuntut ilmu berusaha untuk menghafal kitab dan juga sekaligus memahaminya. Jangan hanya salah satunya saja; menghafal tapi tak faham, atau faham tapi tak hafal.
Dikutip dari: Majalah al Furqon, Ustadz Abu Ubaidah as Sidawi, hal.52, Edisi 148.
SukaSuka ·
Tidak ada komentar:
Posting Komentar