Pengertian Cinta
Sejati Dalam Pandangan Islam
ARTI CINTA DAN CINTA SEJATI MENURUT ISLAM:
CINTA DAN CINTA SEJATI ANTARA PRIA DAN WANITA DALAM ISLAM.
1.
Pendahuluan
Seperti yang kita semua telah ketahui, bahwa manusia dan
kehidupan manusia tidak bisa lepas dari apa yang disebut dengan cinta kasih
(love). Banyak penyair, pencipta lagu, ahli-ahli filsafat, dan ahli-ahli agama
yang mencoba mendefinisikan apa arti sebenarnya dari cinta kasih itu. Apa arti
cinta sebenarnya, cinta kasih sesama manusia dari sudut pandang Islam. Terutama
dalam kaitannya pada cinta kasih antara laki-laki dan perempuan.
Banyak orang berkata: I love you (Aku cinta padamu), akan tetapi, sebenarnya
mereka hanya berkata bahwa aku cinta wajahmu yang cantik jelita, aku cinta
uangmu, fasilitasmu, dan yang sejenisnya. Apakah ini cinta?
Kita sering mendengar atau menyaksikan dalam kehidupan nyata, di
televisi a,tau di film-film, bahwa seseorang jatuh cinta setelah melihat
kecantikan atau ketampanan orang lain. Apakah benar ada hubungan antara cinta
dan keindahan?
Banyak orang mengatakan, bahwa cerita percintaan antara Romeo dan Juliet adalah
salah satu contoh dari cinta sejati (true love), benarkah demikian?
Kita melihat atau mendengar, banyak perempuan yang hamil di luar
nikah dan bahkan pada usia yang masih bisa dibilang sangat muda. Mereka telah
melakukan hubungan suami istri di luar nikah, dan mereka bilang bahwa mereka
melakukannya demi cinta. Apakah benar yang mereka katakan itu adalah cinta?
Bagaimanakah pandangan Islam terhadap cinta? Benarkah dalam ajaran agama Islam,
bahwa semua jenis cinta merupakan sebuah ungkapan cinta terhadap Sang Pencipta?
Benarkah hubungan muda-mudi masa kini telah jauh menyimpang dari ajaran Islam?
1.
Cinta (love) dalam
ajaran Islam
Cinta (love) secara bahasa adalah suka sekali dan senang sekali.
Cinta secara istilah ialah rasa kasih sayang yang muncul dari lubuk hati yang
terdalam untuk rela berkorban, tanpa mengharap imbalan apapun, dan dari
siapapun kecuali imbalan yang datang dan diridhoi Allah.
Dalam Islam, kasih sayang adalah identitas dan asas iman. Hal
itu merupakan bukti pengaruh agama terhadap hati nurani, seperti halnya ia juga
merupakan kesaksian jiwa manusia yang menurut term (istilah) Islam belum akan
diakui beragama bila ia tidak memiliki perasaan kasih sayang.
Allah berfirman: Katakanlah: “Jika bapa-bapa (para pembesar dan
nenek moyang), anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu,
harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya,
dan tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada mencintai Allah
dan Rasulnya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan
(azab/siksaan)-Nya, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
fasik.( Al-Qur’an Surat At-Taubat, 9: 24)
2.1 Cinta Terhadap Sang Pencipta (hablun min Allah)
Sebagai manifestasi dari kesadaran sebagai makhluk Allah, manusia berusaha
untuk selalu mengadakan hubungan baik dengan Allah, berupa hubungan ritual
(ibadah) dengan-Nya. Dalam sistim ritus ini, seseorang pemeluk agama merasa
yakin bahwa dengan selalu mengadakan hubungan baik dengan Tuhan, maka hidupnya
akan baik. Dengan kata lain, bahagia tidaknya hidup seseorang adalah tergantung
kepada hubungan baik tidaknya terhadap Allah.
Cinta kepada Allah adalah cinta makhluk atau hamba kepada Khalik
(Penciptanya), dengan jalan mengakui tanpa ragu akan kebesaran-Nya, dan
mematuhi secara konsekwen segala titah-Nya. Apa yang diperintahkan-Nya
dilaksanakan, dan apa-apa yang dilarang-Nya dihindari. Cinta terhadap Allah ini
tidak bisa terlepas dari yang disebut sebagai akhlak, keimanan, dan tauhid.
2.2 Cinta Terhadap Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup, yang berupa alam sekitar, baik berupa udara, air,
tumbuh-tumbuhan, hewan, dan lain-lain merupakan prasarana kehidupan yang harus
tetap terpelihara keserasiannya. Maka segala yang dapat merusak lingkungan
harus dicegah, karena dapat berakibat kehidupan yang tidak bersih, tidak
tertib, dan tidak aman. Itulah sebabnya Islam melarang, bahkan mengutuk
orang-orang yang melakukan kegiatan yang dapat merusak lingkungan.
Islam mengajarkan ummatnya agar mengasihi semua binatang dan
melarang ummatnya untuk menyiksa binatang. Karena binatang adalah juga makhluk
ciptaan Allah. Tidak membunuh mereka untuk kesenangan, dan tentu saja tidak
boleh melukai dan menyiksa mereka. Bahkan sebagai salah satu sumber makanan,
kita juga harus menghormati mereka dengan berdo’a, dengan tidak membunuh mereka
lebih dari yang kita makan.
Islam dalam ajarannya mengatakan, bahwa manusia merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari alam semesta yang saling dukung-mendukung dengan
seluruh bagian alam itu, dan karena individu-individu manusia merupakan bagian
yang tak terpisahkan dan secara laras bekerja sama dengan seluruh alam semesta
ini, maka tidak boleh ada ketidakserasian antara mereka satu sama lain.
2.3 Cinta Terhadap Sesama Manusia (hablun min annas)
Dalam ajaran Islam, cinta terhadap sesama manusia tidak bisa lepas dari rasa
cintanya terhadap penciptanya. Karena dalam ajaran Islam, cinta terhadap Tuhan
yaitu terhadap Allah SWT, juga berarti cinta terhadap sesama manusia sebagai
ciptaan-Nya. Karena hal ini berkaitan dengan yang namanya akhlak.
Rasa cinta terhadap sesama manusia tidak bisa lepas dari
kemanusiaan. Pandangan Islam menyatakan, bahwa kemanusiaan itu merupakan satu
kesatuan, berbeda-beda bagiannya untuk membentuk satu masyarakat,
berjenis-jenis dalam keserasian, dan berlainan pendapat untuk saling melengkapi
satu sama lain dalam mencapai tujuan, supaya dengan begitu ia cocok pula untuk saling
melengkapi dengan alam, untuk membentuk wujud yang satu pula. Sebagaimana Allah
berfirman, yang artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu
sekalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu
sekalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu sekalian saling
mengenal. Sesungguhnya orang-orang yang paling mulia di antara kamu
sekalian di sisi Allah ialah orang-orang yang paling takwa di antara kamu
sekalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. ( Q.S.
Al-Hujurat: 13).
Pada prinsipnya, cinta terhadap sesama manusia adalah dengan
tolong-menolong, kenal mengenal (saling mengenal) dan keserasian. Menurut
pandangan Islam, rasa cinta terhadap sesama manusia bisa diwujudkan, salah
satunya dengan keadilan dan persamaan derajat di antara manusia.
1.
Cinta Antara Laki-Laki
dan Perempuan Dalam Sudut Pandang Islam
Cinta antara muda-mudi di dalam Islam adalah cinta yang
dilandasi rasa ketaqwaan terhadap Allah SWT, dengan mentaati
perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya, dan disertai akhlak
yang baik. Cinta harus disertai akhlak yang baik, dikarenakan hubungan cinta
muda-mudi sangat dekat dengan perbuatan zina. Tanpa akhlak yang baik akan sulit
menghindari zina. Dalam Islam, perzinahan adalah salah satu dosa yang sangat
besar karena bukan hanya merusak akhlak orang yang melakukannya saja tetapi
juga orang lain. Allah brfirman dalam Al-Qur’an: “Dan janganlah kamu sekalian
mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu
jalan yang buruk.”(Q.S. Al-Isra, 17: 32).
Cinta (love) yang tidak dilandasi rasa ketaqwaan kepada Allah,
akan memunculkan cinta buta. Sebagaimana yang sering dikatakan orang “ Love is
blind (cinta adalah buta)”. Adapun yang membuat cinta itu buta adalah jika kita
mencintai seseorang karena hal-hal yang duniawi, karena harta,
tahta/kedudukan/jabatan, ketampanan/kecantikan dan yang sejenisnya. Cinta macam
ini hanya bisa bertahan jika penyebabnya masih ada. Jika seseorang mencintai
dikarenakan ketampanan/kecantikannya, maka, bagaimanakah jika orang tersebut
tidak lagi tampan/cantik?
Sebaliknya, cinta itu tidak buta, alias melek (melihat), jika
dilandasi iman dan rasa taqwa kepada Allah SWT. Oleh karena itu, jika kita
ingin memiliki cinta yang murni, tulus, dan abadi dari seseorang, tentu kita
memerlukan penyebab yang membuatnya demikian. Dalam suatu hadits dikatakan,
bahwa seseorang laki-laki menikahi seorang perempuan itu karena empat hal,
yaitu: (1) karena kecantikannya, (2) karena kekayaannya, (3) karena
keturunannya, dan (4) karena ketaqwaannya. Maka ambillah yang keempat, yaitu
karena ketaqwaannya, karena, itu akan menjamin hidupnya.
Jika hadits di atas dikaitkan dengan cinta, maka, jika kamu ingin mencari cinta
yang abadi, cintailah seseorang dikarenakan keimanannya.
Ada sebuah pepatah lama dalam bahasa Inggris yang berkaitan
dengan cinta, yaitu: “You can buy sex but you cannot buy love”, “you can buy
food but you cannot buy appetite”, “you can buy a house but you can by a home”.
Yang artinya: “Anda dapat membeli sex tetapi anda tidak dapat membeli cinta,
anda dapat membeli makanan tetapi anda tidak dapat membeli selera, anda dapat
membeli sebuah rumah tetapi anda tidak dapat membeli ketentraman dalam
keluarga”. Ini dapat diartikan bahwa cinta tidak dapat dibeli karena cinta
sebenarnya datang dari Tuhan.
Bahkan jika kamu adalah orang terkaya di dunia, kamu tidak bisa
membeli cinta. Sebagai contoh, jika kamu memberikan seseorang banyak
hadiah-hadiah yang mahal, maka, apakah orang tersebut akan mencintai kamu?
Tidak. Orang tersebut hanya mencintai hadiahmu dan kekayaanmu saja. Kamu dapat
membeli makanan apa saja yang bisa kamu beli, akan tetapi makanan yang paling
enak sekalipun akan terasa tidak enak jika kamu tidak punya selera makan.
“Rumah” adalah tempat di mana hatimu berada. Tempat membesarkan keluargamu,
tempat di mana orang-orang yang kamu cintai berada, tempat di mana kamu bisa
benar-benar beristirahat, untuk mengistirahatkan badan dan jiwamu, tempat di
mana kamu untuk sementara lepas dari dunia yang kejam. Rumah tidak bisa disebut
“rumah” jika kamu tidak bisa menemukan ketenangan, kedamaian, dan keamanan di
dalamnya.
Banyak orang yang mengatakan bahwa cerita percintaan Romeo dan
Juliet adalah salah satu contoh cinta sejati. Akan tetapi, kalau kita meneliti
dan menganalisa lebih jauh ke dalam cerita ini, maka kita akan melihat bahwa
cerita ini bukanlah cerita tentang cinta sejati.
Pada klimaks cerita tersebut diceritakan bahwa ketika Romeo
mendengar Juliet telah “meninggal dunia”, maka Romeo pun berniat untuk
melakukan bunuh diri karena dia tidak mau ditinggalkan oleh Juliet. Perbuatan
bunuh diri adalah perbuatan yang sangat terkutuk dalam Islam, dan merupakan
dosa yang sangat besar. Pada saat seseorang bunuh diri maka telah dicabut
imannya oleh Tuhan, dan mati dalam keadaan tidak ada iman, alias mati kafir.
Ketika setelah Romeo melakukan bunuh diri di hadapan “mayat” Juliet, barulah
dia menyadari bahwa Juliet hanya berpura-pura mati, tetapi itu sudah terlambat,
racun sudah mulai membunuhnya. Julietpun melakukan bunuh diri karena dia tidak
mau ditinggalkan oleh Romeo.
Romeo dan Juliet sama-sama melakukan bunuh diri karena tidak mau
ditinggalkan oleh pasangannya. Ini berarti bahwa mereka hanya mencintai tubuh
pasangannya saja, mereka tidak mencintai jiwa pasangannya. Mereka tidak sadar
bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara saja. Tubuh mereka akan rusak
dimakan usia, dan akhirnya mati. Jika dipandang dari sudut Islam, maka mereka
telah melakukan suatu dosa besar yaitu melakukan bunuh diri. Jika percintaan
mereka adalah cinta sejati, maka seharusnya mereka berjanji atau bersumpah di
hadapan mayat pasangannya untuk berusaha mendamaikan pertengkaran keluarga
mereka, penyebab terhalangnya cinta kasih mereka.
Banyak orang yang terjebak antara arti cinta dan nafsu. Mereka
terutama muda-mudi banyak yang tidak bisa membedakan antara cinta dan nafsu.
Mereka menganggap bahwa dengan melakukan hubungan seksual berarti mereka telah
mencintai seseorang. Nafsu, dalam hal ini nafsu syahwat, adalah suatu kebutuhan
biologis yang dipunyai oleh setiap manusia. Semua jenis nafsu adalah sesuatu
hal yang bersifat duniawi, sedangkan cinta adalah sesuatu yang datang dari hati
nurani yang paling dalam.
1.
Kesimpulan
Cinta sejati adalah rasa kasih sayang yang muncul dari lubuk
hati yang terdalam untuk rela berkorban, tanpa mengharapkan imbalan apapun, dan
dari siapapun kecuali imbalan yang datang dan diridhoi oleh Allah. Cinta juga
merupakan suatu identitas dan asas iman, karena kita mencintai sesuatu atau
seseorang karena Allah mencintainya.
Cinta sejati bukanlah mengenai hal-hal yang bersifat duniawi semata. Cinta
sejati berasal dari hati nurani, dan cinta sejati haruslah tulus dan
ikhlas. Cinta yang berasal dari hati nurani akan selalu ada walaupun salah satu
pihak tidak cantik lagi, tidak tampan lagi, tidak seksi lagi dan tidak kaya
lagi.
Dalam hubungan seks bebas atau pergaulan bebas, para pelakunya
sama sekali tidak menghargai cinta. Mereka secara sadar atau tidak sadar
menganggap, bahwa cinta adalah suatu hal yang sia-sia, karena yang mereka cari
hanyalah kepuasan sesaat saja dan mereka tidak peduli dengan akibat-akibat dan
dosa-dosa yang akan timbul karena perbuatan mereka itu. Mereka tidak peduli
akan azab-azab dan cobaan-cobaan yang akan ditimpakan oleh Allah akibat dari
perbuatan dosa-dosa yg dia lakukan dalam kehidupannya, baik di dunianya maupun
di akhiratynya. Hubungan seks hanya boleh dilakukan oleh pasangan yang telah
terikat tali pernikahan. Karena salah satu tujuan dari pernikahan adalah
sebagai penyaluran nafsu syahwat dengan cara yang diridhoi Allah. Penyaluran
nafsu syahwat yang tidak sesuai dengan sunnah Rosulullah, yakni penyaluran
nafsu yang menyimpang dari ajaran Allah (aturan-aturan Allah), maka akan
mendatangkan azab dan cobaa-cobaan yang bertubi-tubi dari Allah.
Dari semua ini bisa disimpulkan, bahwa cinta antara laki-laki
dan perempuan dalam Islam adalah suatu hubungan yang didasarkan oleh rasa kasih
sayang yang timbul dari hati nurani yang tulus dan ikhlas, dan bukan
berdasarkan pada hal-hal yang bersifat duniawi. Yang terpenting dalam membina
hubungan ini adalah dengan menggunakan akhlak yang baik, ketaqwaan, dan rasa
keimanan terhadap Allah SWT.
CINTA SEJATI DALAM ISLAM
Cinta Sejati Dalam Islam
Makna ‘Cinta Sejati’ terus dicari dan digali. Manusia dari zaman
ke zaman seakan tidak pernah bosan membicarakannya. Sebenarnya, apa ‘Cinta
Sejati’ itu, dan bagaimana pandangan Islam terhadapnya?
Masyarakat di belahan bumi manapun saat ini sedang diusik oleh mitos ‘Cinta
Sejati‘, dan dibuai oleh impian ‘Cinta Suci’.
Adakah cinta sejati dan cinta suci? Dan cinta model apa yang selama ini
menghiasi hati kita?
Seorang peneliti dari Researchers at National Autonomous University of Mexico
mengungkapkan hasil risetnya yang begitu mengejutkan. Menurutnya, sebuah
hubungan cinta pasti akan menemui titik jenuh, bukan hanya karena faktor bosan
semata, tapi karena kandungan zat kimia di otak yang mengaktifkan rasa cinta
itu telah habis. Rasa tergila-gila dan cinta pada seseorang tidak akan bertahan
lebih dari 4 tahun. Jika telah berumur 4 tahun, maka cinta akan sirna, dan yang
tersisa hanya dorongan seks dan bukan cinta yang murni lagi.
Menurutnya, rasa tergila-gila muncul pada awal jatuh cinta disebabkan oleh
aktivasi dan pengeluaran komponen kimia spesifik di otak, berupa hormon
dopamin, endorfin, feromon, oxytocin, neuropinephrine yang membuat seseorang
merasa bahagia, berbunga-bunga dan berseri-seri. Akan tetapi seiring
berjalannya waktu, dan terpaan badai tanggung jawab dan dinamika kehidupan,
efek hormon-hormon itu berkurang lalu menghilang. (sumber: www.detik.com Rabu,
09/12/2009 17:45 WIB).
Lalu bagaimanakah nasib cinta yang selama ini anda dambakan dari pasangan anda?
Dan bagaimana nasib cinta anda kepada pasangan anda? Jangan-jangan sudah lenyap
dan terkubur jauh-jauh hari.
Anda ingin sengsara karena tidak lagi merasakan indahnya cinta pasangan anda
dan tidak lagi menikmati lembutnya buaian cinta kepadanya? Ataukah anda ingin
tetap merasakan betapa indahnya cinta pasangan anda dan juga betapa bahagianya
mencintai pasangan anda?
Bila anda mencintai pasangan anda karena kecantikan atau ketampanannya, maka
saat ini saya yakin anggapan bahwa ia adalah orang tercantik dan tertampan,
telah luntur.
Bila dahulu rasa cinta anda kepadanya tumbuh karena ia adalah orang yang kaya,
maka saya yakin saat ini, kekayaannya tidak lagi spektakuler di mata anda.
Bila rasa cinta anda bersemi karena ia adalah orang yang berkedudukan tinggi
dan terpandang di masyarakat, maka saat ini kedudukan itu tidak lagi berkilau
secerah yang dahulu menyilaukan pandangan anda.
Bila anda terlanjur terbelenggu cinta kepada seseorang, padahal ia bukan suami
atau istri anda, ada baiknya bila anda menguji kadar cinta anda. Kenalilah
sejauh mana kesucian dan ketulusan cinta anda kepadanya. Coba anda duduk
sejenak, membayangkan kekasih anda dalam keadaan ompong, peyot, pakaiannya
compang-camping sedang duduk di rumah gubuk yang reot. Akankah rasa cinta anda
masih menggemuruh sedahsyat yang anda rasakan saat ini?
Para ulama’ sejarah mengisahkan, pada suatu hari Abdurrahman bin Abi Bakar
radhiallahu ‘anhu bepergian ke Syam untuk berniaga. Di tengah jalan, ia melihat
seorang wanita berbadan semampai, cantik nan rupawan bernama Laila bintu Al
Judi. Tanpa diduga dan dikira, panah asmara Laila melesat dan menghujam hati
Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu. Maka sejak hari itu, Abdurrahman
radhiallahu ‘anhu mabok kepayang karenanya, tak kuasa menahan badai asmara
kepada Laila bintu Al Judi. Sehingga Abdurrahman radhiallahu ‘anhu sering kali
merangkaikan bait-bait syair, untuk mengungkapkan jeritan hatinya. Berikut di
antara bait-bait syair yang pernah ia rangkai:
Aku senantiasa teringat Laila yang berada di seberang negeri Samawah
Apa urusan Laila bintu Al Judi dengan diriku?
Hatiku senantiasa diselimuti oleh bayang-bayang sang wanita
Paras wajahnya slalu membayangi mataku dan menghuni batinku.
Kapankah aku dapat berjumpa dengannya,
Semoga bersama kafilah haji, ia datang dan akupun bertemu.
Karena begitu sering ia menyebut nama Laila, sampai-sampai Khalifah Umar bin Al
Khattab radhiallahu ‘anhu merasa iba kepadanya. Sehingga tatkala beliau
mengutus pasukan perang untuk menundukkan negeri Syam, ia berpesan kepada
panglima perangnya: bila Laila bintu Al Judi termasuk salah satu tawanan
perangmu (sehingga menjadi budak), maka berikanlah kepada Abdurrahman
radhiallahu ‘anhu. Dan subhanallah, taqdir Allah setelah kaum muslimin berhasil
menguasai negeri Syam, didapatkan Laila termasuk salah satu tawanan perang.
Maka impian Abdurrahmanpun segera terwujud. Mematuhi pesan Khalifah Umar
radhiallahu ‘anhu, maka Laila yang telah menjadi tawanan perangpun segera
diberikan kepada Abdurrahman radhiallahu ‘anhu.
Bisa dibayangkan, betapa girangnya Abdurrahman, pucuk cinta ulam tiba,
impiannya benar-benar kesampaian. Begitu cintanya Abdurrahman radhiallahu ‘anhu
kepada Laila, sampai-sampai ia melupakan istri-istrinya yang lain. Merasa tidak
mendapatkan perlakuan yang sewajarnya, maka istri-istrinya yang lainpun
mengadukan perilaku Abdurrahman kepada ‘Aisyah istri Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam yang merupakan saudari kandungnya.
Menyikapi teguran saudarinya, Abdurrahman berkata: “Tidakkah engkau saksikan
betapa indah giginya, yang bagaikan biji delima?”
Akan tetapi tidak begitu lama Laila mengobati asmara Abdurrahman, ia ditimpa
penyakit yang menyebabkan bibirnya “memble” (jatuh, sehingga giginya selalu
nampak). Sejak itulah, cinta Abdurrahman luntur dan bahkan sirna. Bila dahulu
ia sampai melupakan istri-istrinya yang lain, maka sekarang iapun bersikap
ekstrim. Abdurrahman tidak lagi sudi memandang Laila dan selalu bersikap kasar
kepadanya. Tak kuasa menerima perlakuan ini, Lailapun mengadukan sikap suaminya
ini kepada ‘Aisyah radhiallahu ‘anha. Mendapat pengaduan Laila ini, maka
‘Aisyahpun segera menegur saudaranya dengan berkata:
يا عبد الرحمن لقد أحببت ليلى وأفرطت، وأبغضتها فأفرطت، فإما أن تنصفها، وإما أن تجهزها إلى أهلها، فجهزها إلى أهلها.
“Wahai Abdurrahman, dahulu engkau mencintai Laila dan berlebihan
dalam mencintainya. Sekarang engkau membencinya dan berlebihan dalam
membencinya. Sekarang, hendaknya engkau pilih: Engkau berlaku adil kepadanya
atau engkau mengembalikannya kepada keluarganya. Karena didesak oleh saudarinya
demikian, maka akhirnya Abdurrahmanpun memulangkan Laila kepada keluarganya.
(Tarikh Damaskus oleh Ibnu ‘Asakir 35/34 & Tahzibul Kamal oleh Al Mizzi
16/559)
Apakah anda ingin merasakan betapa pahitnya nasib yang dialami oleh Laila bintu
Al Judi? Ataukah anda mengimpikan nasib serupa dengan yang dialami oleh
Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu?(1)
Tidak heran bila nenek moyang anda telah mewanti-wanti anda agar senantiasa
waspada dari kenyataan ini. Mereka mengungkapkan fakta ini dalam ungkapan yang
cukup unik: Rumput tetangga terlihat lebih hijau dibanding rumput sendiri.
Anda penasaran ingin tahu, mengapa kenyataan ini bisa terjadi?
Temukan rahasianya pada sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut
ini:
الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ. رواه الترمذي وغيره
“Wanita itu adalah aurat (harus ditutupi), bila ia ia keluar dari rumahnya,
maka setan akan mengesankannya begitu cantik (di mata lelaki yang bukan
mahramnya).” (Riwayat At Tirmizy dan lainnya)
Orang-orang Arab mengungkapkan fenomena ini dengan berkata:
كُلُّ مَمْنُوعٍ مَرْغُوبٌ
Setiap yang terlarang itu menarik (memikat).
Tatkala hubungan antara anda dengannya terlarang dalam agama, maka setan
berusaha sekuat tenaga untuk mengaburkan pandangan dan akal sehat anda,
sehingga anda hanyut oleh badai asmara (cinta). Karena anda hanyut dalam badai
asmara haram, maka mata anda menjadi buta dan telinga anda menjadi tuli,
sehingga andapun bersemboyan: Cinta itu buta (Love is blind). Dalam pepatah
arab dinyatakan:
حُبُّكَ الشَّيْءَ يُعْمِي وَيُصِمُّ
Cintamu kepada sesuatu, menjadikanmu buta dan tuli.
Akan tetapi setelah hubungan antara anda berdua telah halal, yaitu telah diikat
dengan tali pernikahan, maka spontan setan menyibak tabirnya, dan berbalik
arah. Setan tidak lagi membentangkan tabir di mata anda, setan malah berusaha
membendung badai asmara yang telah menggelora dalam jiwa anda. Saat itulah,
anda mulai menemukan jati diri pasangan anda seperti apa adanya. Saat itu anda
mulai menyadari bahwa hubungan dengan pasangan anda tidak hanya sebatas urusan
paras wajah, kedudukan sosial, harta benda. Anda mulai menyadari bahwa hubungan
suami-istri ternyata lebih luas dari sekedar paras wajah atau kedudukan dan
harta kekayaan. Terlebih lagi, setan telah berbalik arah, dan berusaha sekuat
tenaga untuk memisahkan antara anda berdua dengan perceraian:
فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ. البقرة 102
“Maka mereka mempelajari dari Harut dan Marut (nama dua setan)
itu apa yang dengannya mereka dapat menceraikan (memisahkan) antara seorang
(suami) dari istrinya.” (Qs. Al Baqarah: 102)
Mungkin anda bertanya, lalu bagaimana saya harus bersikap?
Bersikaplah sewajarnya dan senantiasa gunakan nalar sehat dan hati nurani anda.
Dengan demikian, tabir asmara tidak menjadikan pandangan anda kabur, dan anda
tidak mudah hanyut oleh bualan dusta dan janji-janji palsu.
Mungkin anda kembali bertanya: Bila demikian adanya, siapakah yang sebenarnya
layak untuk mendapatkan cinta suci saya? Kepada siapakah saya harus menambatkan
tali cinta saya?
Simaklah jawabannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا ، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ. متفق عليه
“Biasanya, seorang wanita itu dinikahi karena empat alasan: karena
harta kekayaannya, kedudukannya, kecantikannya dan karena agamanya. Hendaknya
engkau menikahi wanita yang taat beragama, niscaya engkau akan bahagia dan
beruntung.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dan pada hadits lain beliau bersabda:
إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِى الأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيضٌ. رواه الترمذي وغيره.
“Bila ada seorang yang agama dan akhlaqnya telah engkau sukai,
datang kepadamu melamar, maka terimalah lamarannya. Bila tidak, niscaya akan
terjadi kekacauan dan kerusakan besar di muka bumi.” (Riwayat At Tirmizy dan
lainnya)
Cinta yang tumbuh karena iman, amal sholeh, dan akhlaq yang mulia, akan
senantiasa bersemi. Tidak akan lekang karena sinar matahari, dan tidak pula
luntur karena hujan, dan tidak akan putus walaupun ajal telah menjemput.
الأَخِلاَّء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلاَّ الْمُتَّقِينَ. الزخرف 67
“Orang-orang yang (semasa di dunia) saling mencintai pada hari
itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang
bertaqwa.” (Qs. Az Zukhruf: 67)
Cintailah kekasihmu karena iman, amal sholeh serta akhlaqnya, agar cintamu
abadi. Tidakkah anda mendambakan cinta yang senantiasa menghiasi dirimu
walaupun anda telah masuk ke dalam alam kubur dan kelak dibangkitkan di hari
kiamat? Tidakkah anda mengharapkan agar kekasihmu senantiasa setia dan
mencintaimu walaupun engkau telah tua renta dan bahkan telah menghuni liang
lahat?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ. متفق عليه
“Tiga hal, bila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia
merasakan betapa manisnya iman: 1. Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai
dibanding selain dari keduanya, 2. ia mencintai seseorang, tidaklah ia
mencintainya kecuali karena Allah, dan 3. ia benci untuk kembali kepada
kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya, bagaikan kebenciannya bila
hendak diceburkan ke dalam kobaran api.” (Muttafaqun ‘alaih)
Hanya cinta yang bersemi karena iman dan akhlaq yang mulialah yang suci dan
sejati. Cinta ini akan abadi, tak lekang diterpa angin atau sinar matahari, dan
tidak pula luntur karena guyuran air hujan.
Yahya bin Mu’az berkata: “Cinta karena Allah tidak akan bertambah hanya karena
orang yang engkau cintai berbuat baik kepadamu, dan tidak akan berkurang karena
ia berlaku kasar kepadamu.” Yang demikian itu karena cinta anda tumbuh bersemi
karena adanya iman, amal sholeh dan akhlaq mulia, sehingga bila iman orang yang
anda cintai tidak bertambah, maka cinta andapun tidak akan bertambah. Dan
sebaliknya, bila iman orang yang anda cintai berkurang, maka cinta andapun
turut berkurang. Anda cinta kepadanya bukan karena materi, pangkat kedudukan
atau wajah yang rupawan, akan tetapi karena ia beriman dan berakhlaq mulia.
Inilah cinta suci yang abadi.
Setelah anda membaca tulisan sederhana ini, perkenankan saya bertanya: Benarkah
cinta anda suci? Benarkah cinta anda adalah cinta sejati?
CINTA SEJATI MENURUT PANDANGAN ISLAM
CINTA SEJATI MENURUT PANDANGAN ISLAM
Kata pujangga, cinta letaknya di hati. Meskipun tersembunyi,
namun getarannya tampak sekali. Ia mampu mempengaruhi pikiran sekaligus
mengendalikan tindakan. Sungguh cinta dapat mengubah pahi menjadi manis, debu
beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi
telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat. Cintalah yang
mampu melunakkan besi, menghancurkan batu karang, membangkitkan yang mati, dan
meniupkan kehidupan padanya membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dahsyatnya
sebuah cinta. (Jalaludin Rumi).
Namun, hati-hati juga dengan cinta, karena cinta juga dapat
membuat orang sehat menjadi sakit, orang normal menjadi gila, orang kaya
menjadi miskin, raja menjadi budak, jika cintanya itu disambut oleh para
pecinta palsu. Cinta yang tidak dilandasi kepada Allah Swt. Itulah para pecinta
dunia, harta, dan wanita. Dia lupa akan cinta Allah, cinta yang begitu agung,
cinta yang murni, cinta yang mulia, dan cinta yang suci, karena bermuara dari
Sang Pemilik Cinta Abadi, Dialah Allah Rabbul Izzati.
Cinta Allah adalah cinta yang tak pernah bertepi. Jika kita
sudah mendapatkan cinta-Nya, dan manisnya bercinta dengan Allah, maka tak ada
lagi keluhan, tak ada lagi tubuh lesu, dan tak ada lagi tatapan kuyu. Yang ada
adalaah tatapaan optimis menghadapi segala cobaan dan rintangan dalaam hidup
ini. Tubuh yang kuat dalam beribadah dan melangkah menggapai cita-cita
tertinggi, yakni syahid fii sabilillah.
Tak jarang orang mengaku mencintai Allah Swt., dan sering orang
mengatakan mencintai Rasulullah Saw., tapi bagaimana mungkin semua itu diterima
Allah tanpa adanya bukti yang diberikan, sebagaimana seorang arjuna yang
mengembara, menyebrangi lautan luas, dan mendaki puncaak gunung yang tinggi
demi mendapatkan cinta Srikandi, sang wanita pujaan hatinya. Bagaimana mungkin
menggapai cinta menggapai cinta Allah, tapi dalam pikirannya selalu
dibayang-bayangi oleh wanita atau pria yang dicintai. Tak mungkin dalam satu
hati dipenuhi oleh dua cinta. Salah satunya pasti menolak, kecuali cinta yang
dilandasi oleh cinta kepada-Nya semata, Allah Azza wa Jalla.
Di saat Allah menguji cintanya dengan memisahkannya dari apa
yang membuat dia lalai dalam mengingat Allah memisahkan seorang gadis dengan
calon suaminya, tak jarang gadis itu langsung lemah dan terbaring sakit. Di saat
seorang suami yang istrinya dipanggil menghadap Ilahi, sang suamipun tak punya
semangat dalam hidup. Di saat harta yang dimilikinya hangus terbakar, banyak
orang hijrah ke rumah sakit jiwa, semua ini adalah bentuk ujian dari Allah,
karena Allah ingin melihat seberapa dalam cinta hamba-Nya kepada-Nya. Allah
menginginkan bukti, namun sering orang pun tak berdaya membuktikannya, justru
sering berguguran cintanya pada Allah, disaat Allah menarik secuil nikmat yang
dicurahkan-Nya. Itu semua adalah bentuk cinta palsu, dan cinta semu dari
seorang makhluk terhadap Kholiknya. Padahal, semuanya sudah diatur oleh Allah,
rezeki, kematian, pasangan hidup, serta langkah kita, itu semuanya sudah ada
suratannya dari Allah, tinggal bagi kita mengupayakan untuk menjemputnya. Amat
merugi manusia yang hanya dilelahkan oleh cinta dunia, mengejar cinta makhluk,
memburu harta dengan segala cara, dan enggan menolong orang yang papah. Padahal
nasib di akhirat nanti adalah ditentukan oleh diri kita sendiri ketika hidup di
dunia. Bersungguh-sungguh mencintai Allah, ataukah terlena oleh dunia yang fana
ini. Jika cinta kepada selain Allah, melibihi cinta kepada Allah, merupakan
salah satu penyebab do’a tak terijabah.
Sekarang, marilah kita bermuhasabah sejenak. Muhasabah dulu, ya? …………………………………….
Bagaimana mungkin Allah mengabulkan permintaan seorang hamba
yang merintih menengadah (berdo’a) kepada Allah di malam hari, namun ketika
siang hari muncul, diapun melakukan maksiat?, Bagaimana mungkin do’a seorang
gadis yang ingin mendapatkan seorang laki-laki yang sholeh terkabulkan, sedang
dirinya sendiri belum sholehah?, Bagaimana mungkin do’a seorang hamba yang
mendambakan rumah tangga sakinah, sedang dirinya masih diliputi oleh keegoisan
sebagai pemimmpin rumah tangga?, Bagaimana mungkin seorang ibu mendambakan
anak-anak yang sholeh dan sholehah, sementara dirinya disibukkan bekerja di
luar rumah sehingga pendidikan anak terabaikan dan kasih sayang tak
tercurahkan?, Bagaimana mungkin keinginan akan bangsa yang bermartabat dapat
terwujud, sedangkan diri pribadi belum bisa menjadi teladan yang baik?,
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan diatas, hanya diri Anda
sendirilah yang bisa menjawabnya.
Banyak orang mengaku cinta kepada Allah hendak menguji cintanya itu, namun
sering gagal membuktikan cintanya kepada Sang Kholiq, karena disebabkan oleh
secuil musibah yang ditimpakan kepadanya. yakinlah yaa Ukhti wa Akhi, bahwa
kesenangan dan kesusahan adalah bentuk kasih sayang dan cinta Allah kepada
hamba-Nya yang beriman…
Dengan kesusahan, Allah hendak memberikan tarbiyah (pendidikan) terhadap
ruhiyah kita, agar kita sadar bahwa kita sebagai makhluk adalah bersifat lemah,
kita tidak bisa berbuat apa-apa kecuali atas izin-Nya. Saat ini, tinggal bagi
kita membuktikan, dan berjuang keras untuk memperlihatkan cinta kita kepada
Allah, agar kita terhindar dari cinta palsu.
Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang benar-benar
berkorban hanya untuk Allah, Untuk membuktikan cinta kepada Allah, ada beberapa
hal yang perlu kita persiapkan, antara lain adalah :
1. Landasi diri kita ini dengan iman yang kuat
Memiliki pribadi yang memiliki iman yang kuat yang tidak bisa ditandingi oleh
kekuatan lain selain iman kepada-Nya. Sebagai seseorang yang punya agama, yakin
kepada Allah dan Rasul-Nya, maka kita wajib hukumnya senantiasa memperkuat iman
kita kepada Allah. Jadi tidak hanya asal di KTP tertulis beragama Islam.
Sebagai hamba Allah yang menginginkan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat,
yang pastinya kita mendambakan jannatullah (surga Allah) di akhirat kelak, maka
kita wajib memiliki iman yang kuat kepada Allah. Iman kita berfungsi untuk
menggapai cinta Allah, ridho Allah, yang berujung kepada janatullah. Itulah
sebabnya kita wajib dan harus berusaha senantiasa mewajibkan diri untuk
memperkuat iman kita kepada Allah. Semoga kita semua termasuk ke dalam
hamba-hambaNya yang senantiasa berada dalam ketetapan naungan atmosfer Iman dan
Islam-Nya yang teduh. Amien.
2. Ikhlas dalam beramal
There are some meaning of “ikhlas”. Wallahu a’lam bis showab. Ikhlas yng dimaksud
dalam hal ini adalah ikhlas dalam beramal. Untuk apa??, untuk menggapai cinta
Allah tadi. Pokoknya, amal baik apapun, kalau dilaksanakan dengan ikhlas,
semata-mata karena Allah, just because of Allah,, insya Allah…,, ke depannya
terbaik. Untuk itu marilah kita belajar untuk ikhlas dalam beramal.
3. Siapkan kebaikan internal dan eksternal pada diri kita
Kebaikan internal yaitu berupaya keras untuk melaksanakan ibadah wajib dan
sunnah. For example “qiyamul lail (sholat malam), shaum (puasa) sunnah seperti apa
yang sudah diajarkan Rasulullah… “. Selain itu kebaikan internal lainnya yaitu
tilawah (membaca) Al-Qur’anul kariim, sebagai Nuurun Qolbu wa Hayyatan
Thoyyibah (Penerang hati dan Penghidupan yang baik), serta haus akan ilmu,,
tholibbul ‘ilmu naafii’atun fid dunya wal akhiroh…, amien. (menuntut ilmu yang
berguna bagi dunia dan akhirat). Sedangan kebaikan eksternal adalah buah dari
ibadah yang kita lakukan kepada Allah, dengan ke-istiqomahan mengaplikasikan
(menerapkan) nya dalam setiap langkah di bumi Allaah ini, dan di setiap tarikan
nafas di sepanjang kehidupan ini. Dengan itu, insya Allah kita akan menggapai
cinta dan keridho’an Allah Swt.
Wallahu a’alam bis showab…
ARTI CINTA DAN CINTA SEJATI MENURUT ISLAM:
CINTA DAN CINTA SEJATI ANTARA PRIA DAN WANITA DALAM ISLAM.
1.
Pendahuluan
Seperti yang kita semua telah ketahui, bahwa manusia dan
kehidupan manusia tidak bisa lepas dari apa yang disebut dengan cinta kasih
(love). Banyak penyair, pencipta lagu, ahli-ahli filsafat, dan ahli-ahli agama
yang mencoba mendefinisikan apa arti sebenarnya dari cinta kasih itu. Apa arti
cinta sebenarnya, cinta kasih sesama manusia dari sudut pandang Islam. Terutama
dalam kaitannya pada cinta kasih antara laki-laki dan perempuan.
Banyak orang berkata: I love you (Aku cinta padamu), akan tetapi, sebenarnya
mereka hanya berkata bahwa aku cinta wajahmu yang cantik jelita, aku cinta
uangmu, fasilitasmu, dan yang sejenisnya. Apakah ini cinta?
Kita sering mendengar atau menyaksikan dalam kehidupan nyata, di
televisi a,tau di film-film, bahwa seseorang jatuh cinta setelah melihat
kecantikan atau ketampanan orang lain. Apakah benar ada hubungan antara cinta
dan keindahan?
Banyak orang mengatakan, bahwa cerita percintaan antara Romeo dan Juliet adalah
salah satu contoh dari cinta sejati (true love), benarkah demikian?
Kita melihat atau mendengar, banyak perempuan yang hamil di luar
nikah dan bahkan pada usia yang masih bisa dibilang sangat muda. Mereka telah
melakukan hubungan suami istri di luar nikah, dan mereka bilang bahwa mereka
melakukannya demi cinta. Apakah benar yang mereka katakan itu adalah cinta?
Bagaimanakah pandangan Islam terhadap cinta? Benarkah dalam ajaran agama Islam,
bahwa semua jenis cinta merupakan sebuah ungkapan cinta terhadap Sang Pencipta?
Benarkah hubungan muda-mudi masa kini telah jauh menyimpang dari ajaran Islam?
1.
Cinta (love) dalam
ajaran Islam
Cinta (love) secara bahasa adalah suka sekali dan senang sekali.
Cinta secara istilah ialah rasa kasih sayang yang muncul dari lubuk hati yang
terdalam untuk rela berkorban, tanpa mengharap imbalan apapun, dan dari
siapapun kecuali imbalan yang datang dan diridhoi Allah.
Dalam Islam, kasih sayang adalah identitas dan asas iman. Hal
itu merupakan bukti pengaruh agama terhadap hati nurani, seperti halnya ia juga
merupakan kesaksian jiwa manusia yang menurut term (istilah) Islam belum akan
diakui beragama bila ia tidak memiliki perasaan kasih sayang.
Allah berfirman: Katakanlah: “Jika bapa-bapa (para pembesar dan
nenek moyang), anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu,
harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan
kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada
mencintai Allah dan Rasulnya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan (azab/siksaan)-Nya, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang fasik.( Al-Qur’an Surat At-Taubat, 9: 24)
2.1 Cinta Terhadap Sang Pencipta (hablun min Allah)
Sebagai manifestasi dari kesadaran sebagai makhluk Allah, manusia berusaha
untuk selalu mengadakan hubungan baik dengan Allah, berupa hubungan ritual
(ibadah) dengan-Nya. Dalam sistim ritus ini, seseorang pemeluk agama merasa
yakin bahwa dengan selalu mengadakan hubungan baik dengan Tuhan, maka hidupnya
akan baik. Dengan kata lain, bahagia tidaknya hidup seseorang adalah tergantung
kepada hubungan baik tidaknya terhadap Allah.
Cinta kepada Allah adalah cinta makhluk atau hamba kepada Khalik
(Penciptanya), dengan jalan mengakui tanpa ragu akan kebesaran-Nya, dan
mematuhi secara konsekwen segala titah-Nya. Apa yang diperintahkan-Nya dilaksanakan,
dan apa-apa yang dilarang-Nya dihindari. Cinta terhadap Allah ini tidak bisa
terlepas dari yang disebut sebagai akhlak, keimanan, dan tauhid.
2.2 Cinta Terhadap Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup, yang berupa alam sekitar, baik berupa udara, air, tumbuh-tumbuhan,
hewan, dan lain-lain merupakan prasarana kehidupan yang harus tetap terpelihara
keserasiannya. Maka segala yang dapat merusak lingkungan harus dicegah, karena
dapat berakibat kehidupan yang tidak bersih, tidak tertib, dan tidak aman. Itulah
sebabnya Islam melarang, bahkan mengutuk orang-orang yang melakukan kegiatan
yang dapat merusak lingkungan.
Islam mengajarkan ummatnya agar mengasihi semua binatang dan
melarang ummatnya untuk menyiksa binatang. Karena binatang adalah juga makhluk
ciptaan Allah. Tidak membunuh mereka untuk kesenangan, dan tentu saja tidak
boleh melukai dan menyiksa mereka. Bahkan sebagai salah satu sumber makanan,
kita juga harus menghormati mereka dengan berdo’a, dengan tidak membunuh mereka
lebih dari yang kita makan.
Islam dalam ajarannya mengatakan, bahwa manusia merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari alam semesta yang saling dukung-mendukung dengan
seluruh bagian alam itu, dan karena individu-individu manusia merupakan bagian
yang tak terpisahkan dan secara laras bekerja sama dengan seluruh alam semesta
ini, maka tidak boleh ada ketidakserasian antara mereka satu sama lain.
2.3 Cinta Terhadap Sesama Manusia (hablun min annas)
Dalam ajaran Islam, cinta terhadap sesama manusia tidak bisa lepas dari rasa
cintanya terhadap penciptanya. Karena dalam ajaran Islam, cinta terhadap Tuhan
yaitu terhadap Allah SWT, juga berarti cinta terhadap sesama manusia sebagai
ciptaan-Nya. Karena hal ini berkaitan dengan yang namanya akhlak.
Rasa cinta terhadap sesama manusia tidak bisa lepas dari
kemanusiaan. Pandangan Islam menyatakan, bahwa kemanusiaan itu merupakan satu
kesatuan, berbeda-beda bagiannya untuk membentuk satu masyarakat,
berjenis-jenis dalam keserasian, dan berlainan pendapat untuk saling melengkapi
satu sama lain dalam mencapai tujuan, supaya dengan begitu ia cocok pula untuk
saling melengkapi dengan alam, untuk membentuk wujud yang satu pula.
Sebagaimana Allah berfirman, yang artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya kami
menciptakan kamu sekalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan
menjadikan kamu sekalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu sekalian
saling mengenal. Sesungguhnya orang-orang yang paling mulia di antara kamu
sekalian di sisi Allah ialah orang-orang yang paling takwa di antara kamu
sekalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. ( Q.S.
Al-Hujurat: 13).
Pada prinsipnya, cinta terhadap sesama manusia adalah dengan
tolong-menolong, kenal mengenal (saling mengenal) dan keserasian. Menurut
pandangan Islam, rasa cinta terhadap sesama manusia bisa diwujudkan, salah
satunya dengan keadilan dan persamaan derajat di antara manusia.
1.
Cinta Antara Laki-Laki
dan Perempuan Dalam Sudut Pandang Islam
Cinta antara muda-mudi di dalam Islam adalah cinta yang
dilandasi rasa ketaqwaan terhadap Allah SWT, dengan mentaati
perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya, dan disertai akhlak
yang baik. Cinta harus disertai akhlak yang baik, dikarenakan hubungan cinta
muda-mudi sangat dekat dengan perbuatan zina. Tanpa akhlak yang baik akan sulit
menghindari zina. Dalam Islam, perzinahan adalah salah satu dosa yang sangat
besar karena bukan hanya merusak akhlak orang yang melakukannya saja tetapi
juga orang lain. Allah brfirman dalam Al-Qur’an: “Dan janganlah kamu sekalian
mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan
suatu jalan yang buruk.”(Q.S. Al-Isra, 17: 32).
Cinta (love) yang tidak dilandasi rasa ketaqwaan kepada Allah,
akan memunculkan cinta buta. Sebagaimana yang sering dikatakan orang “ Love is
blind (cinta adalah buta)”. Adapun yang membuat cinta itu buta adalah jika kita
mencintai seseorang karena hal-hal yang duniawi, karena harta,
tahta/kedudukan/jabatan, ketampanan/kecantikan dan yang sejenisnya. Cinta macam
ini hanya bisa bertahan jika penyebabnya masih ada. Jika seseorang mencintai
dikarenakan ketampanan/kecantikannya, maka, bagaimanakah jika orang tersebut
tidak lagi tampan/cantik?
Sebaliknya, cinta itu tidak buta, alias melek (melihat), jika
dilandasi iman dan rasa taqwa kepada Allah SWT. Oleh karena itu, jika kita
ingin memiliki cinta yang murni, tulus, dan abadi dari seseorang, tentu kita
memerlukan penyebab yang membuatnya demikian. Dalam suatu hadits dikatakan,
bahwa seseorang laki-laki menikahi seorang perempuan itu karena empat hal,
yaitu: (1) karena kecantikannya, (2) karena kekayaannya, (3) karena
keturunannya, dan (4) karena ketaqwaannya. Maka ambillah yang keempat, yaitu
karena ketaqwaannya, karena, itu akan menjamin hidupnya.
Jika hadits di atas dikaitkan dengan cinta, maka, jika kamu ingin mencari cinta
yang abadi, cintailah seseorang dikarenakan keimanannya.
Ada sebuah pepatah lama dalam bahasa Inggris yang berkaitan
dengan cinta, yaitu: “You can buy sex but you cannot buy love”, “you can buy
food but you cannot buy appetite”, “you can buy a house but you can by a home”.
Yang artinya: “Anda dapat membeli sex tetapi anda tidak dapat membeli cinta,
anda dapat membeli makanan tetapi anda tidak dapat membeli selera, anda dapat
membeli sebuah rumah tetapi anda tidak dapat membeli ketentraman dalam
keluarga”. Ini dapat diartikan bahwa cinta tidak dapat dibeli karena cinta
sebenarnya datang dari Tuhan.
Bahkan jika kamu adalah orang terkaya di dunia, kamu tidak bisa
membeli cinta. Sebagai contoh, jika kamu memberikan seseorang banyak
hadiah-hadiah yang mahal, maka, apakah orang tersebut akan mencintai kamu?
Tidak. Orang tersebut hanya mencintai hadiahmu dan kekayaanmu saja. Kamu dapat
membeli makanan apa saja yang bisa kamu beli, akan tetapi makanan yang paling
enak sekalipun akan terasa tidak enak jika kamu tidak punya selera makan.
“Rumah” adalah tempat di mana hatimu berada. Tempat membesarkan keluargamu,
tempat di mana orang-orang yang kamu cintai berada, tempat di mana kamu bisa
benar-benar beristirahat, untuk mengistirahatkan badan dan jiwamu, tempat di
mana kamu untuk sementara lepas dari dunia yang kejam. Rumah tidak bisa disebut
“rumah” jika kamu tidak bisa menemukan ketenangan, kedamaian, dan keamanan di
dalamnya.
Banyak orang yang mengatakan bahwa cerita percintaan Romeo dan
Juliet adalah salah satu contoh cinta sejati. Akan tetapi, kalau kita meneliti
dan menganalisa lebih jauh ke dalam cerita ini, maka kita akan melihat bahwa
cerita ini bukanlah cerita tentang cinta sejati.
Pada klimaks cerita tersebut diceritakan bahwa ketika Romeo
mendengar Juliet telah “meninggal dunia”, maka Romeo pun berniat untuk
melakukan bunuh diri karena dia tidak mau ditinggalkan oleh Juliet. Perbuatan
bunuh diri adalah perbuatan yang sangat terkutuk dalam Islam, dan merupakan
dosa yang sangat besar. Pada saat seseorang bunuh diri maka telah dicabut
imannya oleh Tuhan, dan mati dalam keadaan tidak ada iman, alias mati kafir.
Ketika setelah Romeo melakukan bunuh diri di hadapan “mayat” Juliet, barulah
dia menyadari bahwa Juliet hanya berpura-pura mati, tetapi itu sudah terlambat,
racun sudah mulai membunuhnya. Julietpun melakukan bunuh diri karena dia tidak
mau ditinggalkan oleh Romeo.
Romeo dan Juliet sama-sama melakukan bunuh diri karena tidak mau
ditinggalkan oleh pasangannya. Ini berarti bahwa mereka hanya mencintai tubuh
pasangannya saja, mereka tidak mencintai jiwa pasangannya. Mereka tidak sadar
bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara saja. Tubuh mereka akan rusak
dimakan usia, dan akhirnya mati. Jika dipandang dari sudut Islam, maka mereka
telah melakukan suatu dosa besar yaitu melakukan bunuh diri. Jika percintaan
mereka adalah cinta sejati, maka seharusnya mereka berjanji atau bersumpah di
hadapan mayat pasangannya untuk berusaha mendamaikan pertengkaran keluarga
mereka, penyebab terhalangnya cinta kasih mereka.
Banyak orang yang terjebak antara arti cinta dan nafsu. Mereka
terutama muda-mudi banyak yang tidak bisa membedakan antara cinta dan nafsu.
Mereka menganggap bahwa dengan melakukan hubungan seksual berarti mereka telah
mencintai seseorang. Nafsu, dalam hal ini nafsu syahwat, adalah suatu kebutuhan
biologis yang dipunyai oleh setiap manusia. Semua jenis nafsu adalah sesuatu
hal yang bersifat duniawi, sedangkan cinta adalah sesuatu yang datang dari hati
nurani yang paling dalam.
1.
Kesimpulan
Cinta sejati adalah rasa kasih sayang yang muncul dari lubuk
hati yang terdalam untuk rela berkorban, tanpa mengharapkan imbalan apapun, dan
dari siapapun kecuali imbalan yang datang dan diridhoi oleh Allah. Cinta juga
merupakan suatu identitas dan asas iman, karena kita mencintai sesuatu atau
seseorang karena Allah mencintainya.
Cinta sejati bukanlah mengenai hal-hal yang bersifat duniawi semata. Cinta
sejati berasal dari hati nurani, dan cinta sejati haruslah tulus dan
ikhlas. Cinta yang berasal dari hati nurani akan selalu ada walaupun salah satu
pihak tidak cantik lagi, tidak tampan lagi, tidak seksi lagi dan tidak kaya
lagi.
Dalam hubungan seks bebas atau pergaulan bebas, para pelakunya
sama sekali tidak menghargai cinta. Mereka secara sadar atau tidak sadar
menganggap, bahwa cinta adalah suatu hal yang sia-sia, karena yang mereka cari
hanyalah kepuasan sesaat saja dan mereka tidak peduli dengan akibat-akibat dan
dosa-dosa yang akan timbul karena perbuatan mereka itu. Mereka tidak peduli
akan azab-azab dan cobaan-cobaan yang akan ditimpakan oleh Allah akibat dari
perbuatan dosa-dosa yg dia lakukan dalam kehidupannya, baik di dunianya maupun
di akhiratynya. Hubungan seks hanya boleh dilakukan oleh pasangan yang telah
terikat tali pernikahan. Karena salah satu tujuan dari pernikahan adalah
sebagai penyaluran nafsu syahwat dengan cara yang diridhoi Allah. Penyaluran
nafsu syahwat yang tidak sesuai dengan sunnah Rosulullah, yakni penyaluran
nafsu yang menyimpang dari ajaran Allah (aturan-aturan Allah), maka akan
mendatangkan azab dan cobaa-cobaan yang bertubi-tubi dari Allah.
Dari semua ini bisa disimpulkan, bahwa cinta antara laki-laki
dan perempuan dalam Islam adalah suatu hubungan yang didasarkan oleh rasa kasih
sayang yang timbul dari hati nurani yang tulus dan ikhlas, dan bukan
berdasarkan pada hal-hal yang bersifat duniawi. Yang terpenting dalam membina
hubungan ini adalah dengan menggunakan akhlak yang baik, ketaqwaan, dan rasa
keimanan terhadap Allah SWT.
SEGALA SESUATU DI BAWAH KENDALI ALLAH SWT
IMPIAN MANUSIA DAN
KEDAHSYATAN ALLAH
Ingin
melejit…………………………..
Melesat……………………………..
Menembus bumi ……………
Terbang menguasai angkasa …………
Mendobrak segala kekurangan yang ada pada dirinya,
Namun…………………………….
Setiap manusia punya sifat keterbatasan …………………
Meski ingin taklukkan gunung ……………..
Ingin tundukkan jin, syetan, iblis ………..
Bahkan menaklukkan seluruh makhluk di luar angkasa …………..
Manusia tetap manusia ……………….
Punya rasa …………
Punya hati ……………..
Tapi ……………………
Sering tak kontrol diri……………
Pandai bercermin ……………
Tapii hanya untuk kemolekan tubuh yng pasti akan mati ………….
Bukan peduli untuk kesucin hati …………………..
Hidup terbelenggu……………..
Tapi sulit untuk sadarkan diri……………
Kekuatan jiwa dan semangat yang besar ingin mendobrak and mendobrak……..
Kesombongan yang semakin menguat…
Raga penuh rasa…. otot kawat tulang besi
kulit tembaga… jari-jarii gunting … bahkan merasa kebal dari peluru kendali…
Mereka lupa bahwa segalanya ada pada genggaman Allah ……………….
Penghancuran alam jagad raya seisinya hanyalah oleh Allah….
Manusia hanyalah diberi kekuatan oleh Allah ,,,,,,,,,,,
Tidak ada daya dan keuatan pada setiap diri manusia ….
Kecuali atas berkat pemberian pertolongan dari Allah SWT…
Manusia tak akan pernah sanggup …………..
Dan tak akan pernah mampu menjebol qodar Allah.
Allah telah memberikan rambu-rambu dalam kehidupan………
Pilihan hidup yang wajib dan harus dipilih oleh manusia ……….
Pilih baik,,,,,,,,,,,,, atau pilih yang buruk ……………
Pilih jalan yang lurus ….. atau pilih jalan yang sesat ……
Pilih taati aturan …. atau pilih melanggar aturan ….
Pilih jalan yang diridhoi oleh Allah … ataukah …..
Ataukah pilih jalan yang menyebabkab dirinya diseret ke neraka Allah…..
Bebas memilih………………wajib, dan harus memilih ….. ………….
Ingin jadi perusak alam jagat raya sekalipun ……………….
Allah Maha Hidup ……………. dan Maha Kekal …………….
Allah Maha Melihat …………. Maha Mendengar ………
Maha Pengasih dan Penyayang …………….
Allah Maha Sadis di atas segala orang yg berbuat sadis …. dan segala kekejaman
…..
Maha Kejam di atas`segala kekejaman orang-orang yang kejam dan terkejam.
Maha Pemberi Penyakit kepada siapapun yang suka menyakitkan
Allah Maha Membuat Konyol kepada mereka yang suka berbuat konyol ….
Bahkan dg mudahnya mensikat habis dg kematian seketika yang mengerikan ….
Maha Memberikan Kepedihan dan Penderitaan kpd mereka yg durhaka kepadaNya
Maha Memberikan Kesengsaraan dlm kehidupan….
kpd mereka yg menentang perintah2Nya dan mereka yg selalu membangkang…..
Allah Maha Memberikan ujian dan cobaan yang berat dalam hidup ….
kepada mereka yang bergelimang dalam perbuatan dosa dan kema’siyatan
Allah Maha Mulia, Maha Perkasa,
Maha Kuat, Super kuat diatas segala kekuatan yang dahsyat
Allah Maha Pengampun kepada mereka yang mohon ampunan …
Allah Maha Pemberi Petunjuk kepada mereka yang mohon petunjuk
Allah memberi kemudahan2 kepada mereka yang taat kepadaNya …
Allah memberikan kebahagiaan lahir dan batin
kpd mereka yang benar2 bertaqwa kepadaNya
Dia lah Allah….., … Maha Penguasa di hari pembalasan.
Ya Allah, Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’in.
Laa ilaha illa anta.
CINTA DALAM ISLAM
“Cinta adalah
kejujuran dan kepasrahan yang total. Cinta mengarus lembut,
mesra, sangat dalam dan sekaligus intelek. Cinta ibarat mata air abadi
yang senantiasa mengalirkan kesegaran bagi jiwa-jiwa dahaga.”
Islam mengajarkan kepada ummatnya untuk mencintai Allah lebih dari mencintai
makhluk dan segala
ciptaan-Nya.
Bagaimana menyikapi cinta pada seseorang yang tumbuh dari lubuk
hati?
Apakah cinta itu adalah karunia sehingga boleh dinikmati dan disyukuri
ataukah berupa godaan sehingga harus dibelenggu? Bagaimana sebenarnya
Islam menuntun umatnya dalam mengapresiasi cinta? Tak mudah rasanya
menemukan jawaban dari kontroversi cinta ini.
Islam mengajarkan bahwa seluruh energi cinta manusia seyogyanya
digiring
mengarah pada Sang
Khalik, sehingga cinta kepada-Nya jauh melebihi cinta
pada sesama makhluk.
Justru, cinta pada sesama makhluk dicurahkan semata-mata
karena mencintai-Nya.
Dasarnya adalah firman Allah SWT dalam QS Al Baqarah
ayat 165, “Dan di
antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-
tandingan selain
Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.
Adapun orang-orang
yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.”
Jadi Allah SWT telah menyampaikan pesan gamblang mengenai
perbedaan dan
garis pemisah antara orang-orang yang beriman dengan yang tidak beriman
melalui indikator perasaan cintanya. Orang yang beriman akan memberikan
porsi, intensitas, dan kedalaman cintanya yang jauh lebih besar pada
Allah. Sedangkan orang yang tidak beriman akan memberikannya justru kepada
selain Allah, yaitu pada makhluk, harta, atau kekuasaan.
Islam menyajikan pelajaran yang berharga tentang manajemen
cinta; tentang
bagaimana manusia seharusnya menyusun skala prioritas cintanya. Urutan
tertinggi perasaan cinta adalah kepada Allah SWT, kemudian kepada
Rasul-Nya (QS 33: 71). Cinta pada sesama makhluk diurutkan sesuai dengan
firman-Nya (QS 4: 36), yaitu kedua orang ibu-bapa, karib-kerabat (yang
mahram), anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya. Sedangkan
harta, tempat tinggal, dan kekuasaan juga mendapat porsi untuk dicintai
pada tataran yang lebih rendah (QS 9: 24). Subhanallah!
Perasaan cinta adalah abstrak. Namun perasaan cinta bisa
diwujudkan
sebagai perilaku yang tampak oleh mata. Di antara tanda-tanda cinta
seseorang kepada Allah SWT adalah banyak bermunajat, sholat sunnah,
membaca Al Qur’an dan berdzikir karena dia ingin selalu bercengkerama dan
mencurahkan semua perasaan hanya kepada-Nya. Bila Sang Khaliq memanggilnya
melalui suara adzan maka dia bersegera menuju ke tempat sholat agar bisa
berjumpa dengan-Nya. Bahkan bila malam tiba, dia ikhlas bangun tidur untuk
berduaan (ber-khalwat) dengan Rabb kekasihnya melalui shalat tahajjud.
Betapa indahnya jalinan cinta itu!
Tidak hanya itu. Apa yang difirmankan oleh Sang Khaliq
senantiasa
didengar, dibenarkan, tidak dibantah, dan ditaatinya. Kali ini saya baru
mengerti mengapa iman itu diartikan sebagai mentaati segala perintah-Nya
dan menjauhi segala larangan-Nya. Seluruh ayat-Nya dianggap sebagai
sesuatu yang luar biasa sehingga seseorang yang mencintai-Nya merasa
sanggup berkorban dengan jiwa, raga, dan harta benda demi membela
agama-Nya.
Totalitas rasa cinta kepada Allah SWT juga merasuk hingga sekujur
roh dan
tubuhnya. Dia selalu mengharapkan rahmat, ampunan, dan ridha-Nya pada
setiap tindak-tanduk dan tutur katanya. Rasa takut atau cemas selalu
timbul kalau-kalau Dia menjauhinya, bahkan hatinya merana tatkala
membayangkan azab Rabb-nya akibat kealpaannya. Yang lebih dahsyat lagi,
qalbunya selalu bergetar manakala mendengar nama-Nya disebut. Singkatnya,
hatinya tenang bila selalu mengingat-Nya. Benar-benar sebuah cinta yang
sempurna… Puji syukur ya Allah, saya menjadi lebih paham sekarang! Cinta
memang anugerah yang terindah dari Maha Pencipta. Tapi banyak manusia
keliru menafsirkan dan menggunakannya. Islam tidak menghendaki cinta
dikekang, namun Islam juga tidak ingin cinta diumbar mengikuti hawa nafsu
seperti kasus sahabat saya tadi.
Jika saja dia mencintai Allah SWT melebihi rasa sayang pada
kekasihnya.
Bila saja pujaan hatinya itu adalah sosok mukmin yang diridhai oleh-Nya.
Dan andai saja gelora cintanya itu diungkapkan dengan mengikuti
syariat-Nya yaitu bersegera membentuk keluarga sakinah, mawaddah, penuh
rahmah dan amanah… Ah, betapa bahagianya dia di dunia dan akhirat…
Alangkah indahnya Islam! Di dalamnya ada syariat yang mengatur
bagaimana
seharusnya manusia mengelola perasaan cintanya, sehingga menghasilkan
cinta yang lebih dalam, lebih murni, dan lebih abadi. Cinta seperti ini
diilustrasikan dalam sebuah syair karya Ibnu Hasym, seorang ulama
sekaligus pujangga dan ahli hukum dari Andalusia Spanyol dalam bukunya
Kalung Burung Merpati (Thauqul Hamamah), “Cinta itu bagaikan pohon,
akarnya menghujam ke tanah dan pucuknya banyak buah.” Wallahua’lam
bish-showab.
CINTA DALAM ISLAM
Kata pujangga, cinta
letaknya di hati. Meskipun tersembunyi, namun getarannya tampak sekali. Ia
mampu mempengaruhi pikiran sekaligus mengendalikan tindakan. Sungguh, Cinta
dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening,
sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan
kemarahan menjadi rahmat. Cintalah yang mampu melunakkan besi, menghancurkan
batu karang, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya serta
membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dasyatnya cinta (Jalaluddin Rumi).
Namun hati-hati juga dengan cinta, karena cinta juga dapat
membuat orang sehat menjadi sakit, orang gemuk menjadi kurus, orang normal
menjadi gila, orang kaya menjadi miskin, raja menjadi budak, jika cintanya itu
disambut oleh para pecinta palsu. Cinta yang tidak dilandasi kepada Allah.
Itulah para pecinta dunia, harta dan wanita. Dia lupa akan cinta Allah, cinta
yang begitu agung, cinta yang murni.
Cinta Allah cinta yang tak bertepi. Jikalau sudah mendapatkan
cinta-Nya, dan manisnya bercinta dengan Allah, tak ada lagi keluhan, tak ada
lagi tubuh lesu, tak ada tatapan kuyu. Yang ada adalah tatapan optimis
menghadapi segala cobaan, dan rintangan dalam hidup ini. Tubuh yang kuat dalam
beribadah dan melangkah menggapai cita-cita tertinggi yakni syahid di
jalan-Nya.
Tak jarang orang mengaku mencintai Allah, dan sering orang
mengatakan mencitai Rasulullah, tapi bagaimana mungkin semua itu diterima Allah
tanpa ada bukti yang diberikan, sebagaimana seorang arjuna yang mengembara, menyebarangi
lautan yang luas, dan mendaki puncak gunung yang tinggi demi mendapatkan cinta
seorang wanita. Bagaimana mungkin menggapai cinta Allah, tapi dalam pikirannya
selalu dibayang-bayangi oleh wanita/pria yang dicintai. Tak mungkin dalam satu
hati dipenuhi oleh dua cinta. Salah satunya pasti menolak, kecuali cinta yang
dilandasi oleh cinta pada-Nya.
Di saat Allah menguji cintanya, dengan memisahkanya dari apa
yang membuat dia lalai dalam mengingat Allah, sering orang tak bisa
menerimanya. Di saat Allah memisahkan seorang gadis dari calon suaminya, tak
jarang gadis itu langsung lemah dan terbaring sakit. Di saat seorang suami yang
istrinya dipanggil menghadap Ilahi, sang suami pun tak punya gairah dalam
hidup. Di saat harta yang dimiliki hangus terbakar, banyak orang yang hijrah
kerumah sakit jiwa, semua ini adalah bentuk ujian dari Allah, karena Allah
ingin melihat seberapa dalam cinta hamba-Nya pada-Nya. Allah menginginkan
bukti, namun sering orang pun tak berdaya membuktikannya, justru sering berguguran
cintanya pada Allah, disaat Allah menarik secuil nikmat yang dicurahkan-Nya.
Itu semua adalah bentuk cinta palsu, dan cinta semu dari seorang
makhluk terhadap Khaliknya. Padahal semuanya sudah diatur oleh Allah, rezki,
maut, jodoh, dan langkah kita, itu semuanya sudah ada suratannya dari Allah,
tinggal bagi kita mengupayakan untuk menjemputnya. Amat merugi manusia yang
hanya dilelahkan oleh cinta dunia, mengejar cinta makhluk, memburu harta dengan
segala cara, dan enggan menolong orang yang papah. Padahal nasib di akhirat
nanti adalah ditentukan oleh dirinya ketika hidup didunia, Bersungguh-sungguh
mencintai Allah, ataukah terlena oleh dunia yang fana ini. Jika cinta kepada
selain Allah, melebihi cinta pada Allah, merupakan salah satu penyebab do’a tak
terijabah.
Bagaimana mungkin Allah mengabulkan permintaan seorang hamba
yang merintih menengadah kepada Allah di malam hari, namun ketika siang muncul,
dia pun melakukan maksiat.
Bagaimana mungkin do’a seorang gadis ingin mendapatkan seorang
laki-laki sholeh terkabulkan, sedang dirinya sendiri belum sholehah.
Bagaimana mungkin do’a seorang hamba yang mendambakan rumah
tangga sakinah, sedang dirinya masih diliputi oleh keegoisan sebagai pemimpin
rumah tangga..
Bagaimana mungkin seorang ibu mendambakan anak-anak yang sholeh,
sementara dirinya disibukkan bekerja di luar rumah sehingga pendidikan anak
terabaikan, dan kasih sayang tak dicurahkan.
Bagaimana mungkin keinginan akan bangsa yang bermartabat dapat
terwujud, sedangkan diri pribadi belum bisa menjadi contoh teladan
Banyak orang mengaku cinta pada Allah dan Allah hendak menguji
cintanya itu. Namun sering orang gagal membuktikan cintanya pada sang Khaliq,
karena disebabkan secuil musibah yang ditimpakan padanya. Yakinlah wahai
saudaraku kesenangan dan kesusahan adalah bentuk kasih sayang dan cinta Allah
kepada hambanya yang beriman…
Dengan kesusahan, Allah hendak memberikan tarbiyah terhadap
ruhiyah kita, agar kita sadar bahwa kita sebagai makhluk adalah bersifat lemah,
kita tidak bisa berbuat apa-apa kecuali atas izin-Nya. Saat ini tinggal bagi
kita membuktikan, dan berjuang keras untuk memperlihatkan cinta kita pada
Allah, agar kita terhindar dari cinta palsu.
Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan hambanya yang betul-betul
berkorban untuk Allah Untuk membuktikan cinta kita pada Allah, ada beberapa hal
yang perlu kita persiapkan yaitu:
1) Iman yang kuat
2) Ikhlas dalam beramal
3) Mempersiapkan kebaikan Internal dan eksternal. kebaikan
internal yaitu berupaya keras untuk melaksanakan ibadah wajib dan sunah. Seperti
qiyamulail, shaum sunnah, bacaan Al-qur’an dan haus akan ilmu. Sedangkan
kebaikan eksternal adalah buah dari ibadah yang kita lakukan pada Allah, dengan
keistiqamahan mengaplikasikannya dalam setiap langkah, dan tarikan nafas
disepanjang hidup ini. Dengan demikian InsyaAllah kita akan menggapai cinta dan
keridhaan-Nya.
“Dunia ini bagi orang beriman adalah ladang dzikir, &
akhirat akan menjadi panen bagi mereka.
Mereka berjalan dengan memakai sarana syukur kepadaNya, hingga sampai pada
anugerah-anugerah yg dikeluarkan dari perbendaharaan simpananNya. Sesungguhnya
Dia Raja Yang Maha Mulia”